Mataram (Inside Lombok) – Debit air di Sungai Jangkuk, Kota Mataram naik pada Senin (2/1) pagi. Namun saat ini, kondisi air sudah mulai normal kembali. Warga pun diimbau untuk tidak beraktivitas di sungai selama cuaca ekstrem.
Camat Ampenan, Muzakkir Walad mengatakan debit air yang naik biasa terjadi di Sungai Jangkuk. Selama ini, debit air yang naik biasanya terjadi dalam empat tahun sekali. Kelurahan yang dilewati sungai jangkuk yaitu Kebon Sari, Ampenan Tengah, Pejeruk dan Banjar.
“Debit air yang kemarin itu biasa per empat tahun dia meluber kayak begini. Dulu itu tahun 2012, 2016, 2020 dan 2023 ini mendahului. Kemarin pagi itu sudah setengah meter dari batas tanggul atas,” katanya, Selasa (3/1) pagi.
Selama debit air naik, kondisi yang paling parah ada di Kelurahan Pejeruk. Namun hal ini sudah langsung ditangani agar air sungai tidak masuk ke rumah warga.
Diterangkan, sepanjang Sungai Jangkuk masih ada warga yang mendirikan bangunan di sempadan sungai. “Jam 09.00 itu sudah mulai surut dia,” katanya.
Langkah antisipasi yang akan dilakukan Pemerintah Kota Mataram agar tidak ada bangunan di sempadan sungai, yaitu dengan pembuatan jalan inspeksi. Direncanakan, pembuatan jalan inspeksi ini masih diusulkan agar bisa dilakukan tahun 2023 ini.
Sementara rumah yang ada saat ini akan dibangun lebih mundur dari lokasi sebelumnya. Pembuatan jalan inspeksi ini agar mempermudah penanganan. “Ada kita mau bebaskan lahan di sebelah selatan. Kita mau buat kayak di Pejeruk,” ujarnya.
Selain itu, berdasarkan pendataan terakhir yang dilakukan lebih dari 60 bangunan rumah yang sangat dekat dengan sungai. Puluhan banguan tersebut menyalahi aturan berada di Kelurahan Banjar.
Warga yang menempati bangunan tersebut sudah cukup lama dan pemerintah daerah tidak bisa langsung menggusur. “Warga ini sudah lama dan tidak mungkin kita gusur. Kita akan tertibkan melalui program kotaku,” katanya. (azm)
