Lombok Tengah (Inside Lombok) – Pemerintah Daerah Lombok Tengah (Loteng) tidak jadi menutup Embung Bidadari di Desa Sabe, Kecamatan Janapria Loteng. Pasalnya embung tersebut dinilai membuka peluang menggerakkan ekonomi warga setempat.
Bupati Loteng, L Pathul Bahri mengatakan pada dasarnya pihaknya telah mendengar cerita tentang Embung Bidadari dan fenomena sosial yang melingkupinya, bahkan sekitar tahun 1980 silam di Desa Langko pernah terjadi kolam lumpur yang bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit dengan berendam dan membiarkan diri pulang dalam keadaan penuh lumpur di badan. Fenomena itu disebutnya bertahan sekitar satu tahun.
“Sekarang terjadi lagi ada Embung Bidadari yang bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit dengan mandi di embung tersebut dan meminum airnya,” katanya saat rapat bersama warga di Pendopo Bupati belum lama ini.
Menurut Pathul, hal itu adalah keyakinan dari masyarakat yang tidak bisa dilarang dan dibantah begitu saja. Karena itu menutup dan melarang pengunjung mandi di embung tersebut bukan solusi.
“Sekarang bagaimana pengunjung diberikan edukasi agar mereka tidak meminum air embung yang tidak memenuhi syarat baku mutu air bersih, apalagi baku mutu air minum,” ujarnya.
Semntara itu, Kapala Dinas Kesehatan Loteng dr Suardi mengatakan, hasil pemeriksaan sampel air yang diambil di embung tersebut 17 Agustus lalu, air di Embung Bidadari secara fisik tidak memenuhi syarat baik dari warna, bau dan rasa. Dari kimiawi juga beberapa parameter seperti CaCO3, Fe, Mn diatas ambang batas baku mutu dengan resiko yang bisa membahayakan kesehatan.
Selain itu, di sekitaran embung tidak ada fasilitas sanitasi seperti MCK. Sehingga sanitasi dari air embung diakui sangat kurang. Karena hal itu, pihaknya merekomendasikan supaya bila embung ini tidak ditutup harus dibuatkan sarana sanitasi baik MCK, tempat bilas, adanya larangan untuk tidak minum air embung, tidak dibolehkan kencing dan cebok di dalam air embung, dilarang berludah, selesai berendam harus membilas badan dengan air bersih dan sabun dan beberapa larangan lainnya yang dianggap penting.
Suardi juga menuturkan bahwa, camat dan kades juga menyampaikan sangat sulit untuk menutup embung bidadari karena secara ekonomi masyarakat sudah merasakan manfaatnya. “Masyarakat sekitar bisa jualan kebutuhan pengunjung terutama makanan, buah buahan dan keperluan lainnya. Begitu juga tukang parkiran jika hari jumat, sabtu dan minggu bisa mendapatkan Rp300-600 ribu, Sedangkan kotak amal masjid sudah terkumpul sekitar Rp36 juta,” tuturnya. (fhr)