Lombok Barat (Inside Lombok) – Berwisata dengan aman dan nyaman adalah impian setiap orang. Saat berwisata ke Senggigi, wisatawan akan dimanjakan dengan keindahan pantainya. Bukan itu saja, salah satu hotel di Senggigi juga sudah mulai mengusung konsep wisata medis
Klinik Assyfa Al Halim menggandeng hotel Puri Bunga di Senggigi sebagai lokasi untuk mengembangkan program tersebut. Wisatawan dapat mendapatkan perawatan kesehatan sambil menikmati keindahan Senggigi.
Hotel dan klinik ini berkolaborasi untuk memberikan fasilitas kenyamanan bagi setiap wisatawan. Pelayanan kesehatan tetap maksimal dengan fasilitas-fasilitas yang memadai.
“Kita di sini konsepnya supaya masyarakat datang berobat sambil menikmati suasana wisata. Jadi mereka datang berobat sambil santai,” jelas Supardi, Direktur Klinik Wisata Medis assyfa Al Halim Hotel Puri Bunga Senggigi.
Terkait biaya yang harus dikeluarkan, untuk pasien umum ditarif sebesar Rp 250 ribu per malamnya. Sementara untuk pasien BPJS, hanya perlu menambahkan biaya Rp 100 ribu per malamnya untuk semua pelayanan. Tanpa ada perbedaan kelas.
Klinik wisata medis yang sudah berdiri sejak Januari tahun 2021 ini, juga bisa menjadi salah satu alternatif. Bagi pasien isolasi mandiri yang membutuhkan tempat yang nyaman untuk memulihkan fisik dan psikisnya yang berlaku untuk pasien isolasi yang tidak memiliki komorbid.
“Penanganannya nanti ya sesuai dengan standar kesehatan untuk pasien yang tidak ada komplikasi” paparnya.
Sejak awal buka hingga saat ini sudah ada 50 lebih pasien yang memilih berobat di sana. Termasuk pasien rawat inap, bersalin, hingga home care. Dengan jumlah Nakes yang ada untuk dokter umum tiga orang, kemudian 10 orang perawat dan tiga bidan, dua orang tenaga lab, serta dua orang admin.
“Termasuk juga jadi unggulan kita di sini yaitu antar jemput pasien, ada rawat inapnya, ada persalinannya, pemeriksaan laboratorium, home care dan home visit” bebernya.
Ketika ada pasien yang sudah lepas rawat inap, pihak klinik akan datang untuk home visit untuk mengontrol pasien yang bersangkutan. Begitupun dengan pasien rawat jalan, pihak klinik akan tetap melakukan pemantauan. Bila sehari setelah berobat belum ada perubahan, maka yang bersangkutan akan diminta datang kembali untuk diperiksa. Tanpa dipungut biaya tambahan.
“Suasana daripada pelayanan itu terutama suasana lingkungan itu juga menunjang penyembuhan mereka” sebut Supardi.
Hal ini mendapatkan dukungan penuh dari Tarmizi, selaku Anggota Dewan Dapil Gunungsari-Batulayar. Karena ini menjadi pilot project wisata medis pertama di NTB. Yang memadukan antara pelayanan medis, herbal dan refleksi.
“Kami melihat di awal-awal pandemi ini, bahwa Lombok Barat sedang lesu dari sisi pariwisatanya. Apalagi Senggigi terlihat mati suri, jadi kita coba cari peluang untuk kembali menghidupkan industri pariwisata itu dari sisi ini” tuturnya.
Sehingga ia dan pihak terkait lainnya pun mencoba menjalin kemitraan untuk kolaborasi pariwisata dengan medis. Hingga berhasil mengoperasikan wisata medis tersebut.
“Jadi pelaku wisatanya bisa dapat keuntungan dari sana, dalam hal fasilitasnya bisa digunakan untuk penginapan. Kemudian dari sisi medis kita arahkan para paraktisi di bidang kesehatan untuk terlibat aktif” katanya.
Pemda pun diharapkan bisa lebih mendukung program tersebut. Sehingga celah-celah yang memungkinkan untuk bisa membangun kemitraan bisa dimanfaatkan untuk saling menunjang. Konsep wisata medis itu pun mengusung pelayanan untuk umum, bukan hanya para wisatawan.
“Pelayanannya itu ekonomis tapi fasilitasnya hotel” pungkas dia.