Mataram (Inside Lombok) – Badan Pusat Statistik (BPS) NTB mencatat kemiskinan pada Maret 2022 sebesar 13,68 persen. Menurun 0,15 persen dari posisi di September 2021 dan turun 0,46 persen dari posisi di Maret 2021.
Jumlah penduduk miskin pada Maret 2022 mencapai 731,94 ribu orang, berkurang 3,36 ribu orang terhadap September 2021 dan berkurang 14,72 ribu orang terhadap Maret 2021. Namun jumlah penduduk miskin Maret 2022 ini hanya turun sedikit.
Masih banyaknya bantuan sosial yang disalurkan tidak tepat sasaran disinyalir menjadi salah satu penyebab angka kemiskinan NTB sulit berubah. Di mana banyak masyarakat desil 10 atau masyarakat kaya yang menerima bantuan, sedangkan masyarakat desil 1 tidak semua mendapatkan bantuan.
Untuk itu pemerintah perlu membenahi data-data bantuan sosial yang disalurkan kepada masyarakat agar tetap sasaran. “Untuk menekan masyarakat miskin turun, pertama data bantuan harus di benahi. Kemudian program kemiskinan ada dua model, pertama mengurangi pengeluaran bantuan, dan untuk menambah pendapatan melalui program menyediakan lapangan kerja, melatih mereka penduduk miskin itu untuk keahlian,” jelas Kepala BPS NTB, Wahyudin, Jumat (15/7).
Dikatakan pengaruhnya orang miskin ini turun kecil karena masih bergelut di data bantuan-bantuan sosial yang diberikan pemerintah itu dilihat belum begitu tepat sasaran. Karena bantuan ini banyak, tapi kok penduduk miskin turunnya sedikit, bisa jadi bantuan itu belum tepat sasaran.
“Kita sudah melihat desil 10 saja menerima bantuan sosial, padahal itu orang kaya. Sementara yang desil 1 itu masih ada sebagian yang belum mendapatkan. Itulah yang ironisnya,” ujarnya.
Jadi setiap orang kalau ada bantuan dari pemerintah semuanya ingin dapat. Bahkan dibagi rata padahal itu tidak boleh tapi kenyataannya justru seperti itu. Wahyudin menegaskan pembaruan data sangat diperlukan, beberapa waktu lalu dari pihak Dinas Sosial menyerahkan data Febuari untuk penerima bantuan dan data-data yang ada setiap bulan diperbarui. Namun tetap saja penerima bantuan-bantuan tidak tepat sasaran.
“Orang yang sudah meninggal beberapa tahun lalu masih juga ada datanya, sudah pindah kemana masih saja datanya. Makanya data terpadu untuk kemiskinan itu sekian banyaknya. Jumlah orangnya 3,5 juta, padahal jumlah orang kita 5 juta, artinya itu hampir 70 persen orang masuk data DTKS (data Terpadu Kesejahteraan Sosial),” jelasnya.
Padahal yang benar-benar dibantu itu hanya sekitar 20-30 persen saja dan itu masyarakat yang benar-benar miskin. Semenatara itu, persentase penduduk miskin perkotaan pada September 2021 sebesar 14,54 persen, turun menjadi 14,10 persen pada Maret 2022. Sedangkan persentase penduduk miskin perdesaan pada September 2021 sebesar 13,12 persen, naik menjadi 13,24 persen pada Maret 2022.
Dibanding September 2021, jumlah penduduk miskin Maret 2022 perkotaan turun sebanyak 5,83 ribu orang dari 387,67 ribu orang pada September 2021 menjadi 381,84 ribu orang pada Maret 2022. Pada periode yang sama jumlah penduduk miskin perdesaan naik sebanyak 2,45 ribu orang dari 347,64 ribu orang pada September 2021 menjadi 350,09 ribu orang pada Maret 2022.
Garis Kemiskinan pada Maret 2022 tercatat sebesar Rp459.826, perkapita perbulan dengan komposisi garis Kemiskinan makanan sebesar Rp342.789 atau 74,55 persen dan garis kemiskinan bukan makanan sebesar Rp117.038,- atau 25,45 persen.
Pada Maret 2022, secara rata-rata rumah tangga miskin di Indonesia memiliki 4,27 orang anggota rumah tangga. Dengan demikian, besarnya garis kemiskinan per rumah tangga miskin secara rata-rata adalah sebesar Rp1.963.457, per rumah tangga miskin per bulan. (dpi)