Mataram (Inside Lombok) – Lebih dari 100 orang siswa di SDN 48 Ampenan harus tetap menikmati kondisi bangunan sekolah mereka yang rata-rata miring. Hal ini disebabkan lokasi pembangunan sekolah itu adalah bekas tempat pembuangan sampah.
Kepala SDN 48 Ampenan, Lalu Abdul Halil menyebutkan saat ini ada 10 ruangan di sekolah itu yang lantainya miring. Pada saat menjabat sebagai kepala SDN 48 Ampenan, kondisi itu diakuinya sudah ada.
“Saya datang tahun 2015, kondisi tanahnya kan di sini bekas (tempat pembuangan) sampah kan, jadi turun. Rata-rata kondisinya sama,” katanya, Kamis (13/10) pagi.
Kondisi bangunan yang ada saat ini disebutnya terpaksa digunakan karena belum ada alternatif lain. Dengan demikian, siswa dan para guru tetap diminta waspada, terutama pada saat gempa.
“Keramik yang pecah dan kondisi lantai yang miring ini bukan karena gempa. Karena memang sudah dari dulu,” ujarnya. Jika dilakukan perbaikan seperti biasa, lanjut Halil, lantai miring akan tetap terjadi. Pasalnya, kondisi tanah yang tidak memungkinkan untuk membangun dengan metode seperti yang dilakukan seperti biasanya.
Kendati, jika pembangunan dilakukan menyesuaikan dengan kondisi tanah, maka kemungkinan akan seperti sekolah-sekolah yang lain. “Tanah yang membuat begini. Kalau diperbaiki lagi, kondisinya akan sama,” katanya.
Ke depan, jika bangunan sekolah diperbaiki maka bisa dilakukan dengan cara-cara yang lain. Sehingga tidak miring seperti saat ini. Karena untuk direlokasi cukup sulit dilakukan. “Ini tempat tetap dipakai, tapi kan teknis nanti. Kan ada juga di luar daerah itu yang bangun di atas tanah rawa, kan bagus itu (hasilnya). Kalau pemerintah mau menyiapkan lahannya, lebih baik di tempat lain,” ucapnya.
Meski bangunan yang kurang representatif, belum ada orang tua yang mengeluhkan kondisi bangunan sekolah itu. Karena peserta didik yang belajar di SDN 48 Ampenan merupakan warga setempat. “Tidak ada ya. Karena yang belajar anak-anak sini. Orang tua sudah tau,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Mataram, Yusuf mengatakan sudah menyiapkan anggaran sebesar Rp100 juta untuk dokumen perencanaan dan konsep bangunan SDN 48 Ampenan. Karena nantinya, dari perencanaan tersebut bisa diketahui jumlah anggaran yang dibutuhkan untuk pembangunannya.
Ia mengakui, kondisi bangunan SDN 48 Ampenan kurang representatif untuk kegiatan belajar mengajar. Selain tembok sudah mulai retak, lantai miring dan keramik banyak yang pecah.
“Sekarang ini sudah ada perencanaan saja ada Rp100 juta. Bagaimana konstruksinya gambarnya seperti apa. Usul ke pemerintah pusat. Dari perencanaan itu nanti kita tahu kebutuhan anggaran,” kata Yusuf. (azm)