Mataram (Inside Lombok) – Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat tanpa sektor pertambangan berada di kisaran 5,6 hingga 6 persen pada 2020 seiring terus membaiknya kondisi daerah dan berjalannya program industrialisasi komoditas hasil pertanian.
“Kami optimis di tahun 2020, ekonomi NTB akan tumbuh meningkat pada kisaran 5,4 – 5,8 persen (yoy) dan pertumbuhan ekonomi NTB tanpa tambang pada kisaran 5,6 – 6,0 persen (yoy),” kata Kepala Perwakilan BI Provinsi NTB, Achris Sarwani, pada pertemuan tahunan Bank Indonesia 2019, di Mataram, Rabu.
Ia mengatakan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi NTB pada 2020, dibutuhkan strategi pengembangan pertanian terintegrasi (integrated ecofarming), yakni dengan mengembangkan pertanian dan peternakan secara terintegrasi.
Melalui pertanian terintegrasi, maka limbah peternakan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik (superbokashi) bagi pertanian sehingga pertanian dapat tumbuh subur tanpa pupuk kimia.
Selain itu, limbah pertanian berupa jerami dan batang/bonggol jagung juga akan dimanfaatkan sebagai pakan ternak (superfeed). Dengan menggunakan dekomposer MA-11, pembuatan pakan ternak superfeed dan pupuk organik superbokashi dapat dilakukan hanya dalam waktu 24 jam.
Achris menambahkan dengan pengembangan pertanian terintegrasi, tidak ada lagi limbah yang terbuang serta manfaat dari superfeed dan pupuk organik superbokashi menjadikan produktivitas hasil pertanian dan peternakan meningkat.
“Hanya dengan memanfaatkan seluruh lahan jagung di NTB pada 2020, potensi omzet yang didapatkan dari hasil ternak sapi dan ayam diperkirakan mencapai Rp66,59 triliun,” ujarnya.
Selain pengembangan hulu, kata dia, pihaknya juga mencoba memetakan potensi pengembangan sisi hilir dari komoditas sapi. Hilirisasi komoditas sapi dipetakan melalui pemanfaatan kulit sapi, daging sapi, dan kotoran hewan menjadi sejumlah komoditas produk olahan siap pakai.
Kantor Perwakilan BI Provinsi NTB memperkirakan potensi omzet dari hilirisasi komoditas sapi pada 2020 mencapai Rp71,34 triliun. “Tentunya potensi omzet yang lebih tinggi dapat dicapai melalui pengembangan produk turunan lainnya,” ucap Achris.
Selain potensi pengembangan pertanian terintegrasi, lanjut Achris, potensi peningkatan ekonomi NTB juga dapat dilakukan melalui pengembangan pariwisata terintegrasi (integrated tourism). Pengembangan pariwisata terintegrasi bermula dari kebutuhan wisatawan yang berkunjungn ke NTB, mulai dari transportasi, akomodasi, kebutuhan makan minum, atraksi/destinasi wisata, dan suvenir.
Dari kebutuhan tersebut tentunya akan berkembang pada kebutuhan lainnya. Contohnya, keberadaan akomodasi/hotel membutuhkan makanan/minuman untuk disajikan kepada tamu hotel, karyawan hotel untuk melayani tamu, furnitur untuk melengkapi interior hotel, dan kebutuhan lainnya.
“Adanya kebutuhan tersebut memunculkan potensi ekonomi, diantaranya meningkatkan pendapatan asli daerah, mendorong peningkatan permintaan terhadap hasil pertanian/peternakan, mendorong peningkatan hasil industri kecil menengah, serta meningkatnya kebutuhan tenaga kerja,” katanya.
Menurut Achris, dengan dikembangkannya pertanian terintegrasi dan pariwisata terintegrasi, ke depannya dapat mendukung pertumbuhan ekonomi NTB agar tetap kuat dan berkelanjutan serta menghantarkan NTB menuju NTB yang Gemilang. (Ant)