Lombok Barat (Inside Lombok) – Hingga kini, kawasan jalan raya Batulayar depan Hotel Jayakarta masih sering tergenang, walaupun banjir di wilayah Batulayar sudah lama surut. Sehingga pihak Desa Senteluk menuntut solusi dari pemerintah.
“Air yang selalu bermuara di samping Jayakarta ini kan persoalan, karena ini program pusat, jadi harapan kita bisa segera ada solusi agar tidak ada yang dirugikan,” tegas Kades Senteluk, Fuad Abdulrahman saat dikonfirmasi, Kamis (16/12/2021).
Ia mengaku, dari hasil komunikasinya dengan pihak Balai Wilayah Sungai (BWS), pihaknya diminta untuk bersurat ke kecamatan atau Bupati. Khususnya terkait rencana mereka untuk perlunya membongkar paksa saluran gorong-gorong, yang sering kali tersumbat di kawasan itu.
“Kalau ini tidak dibongkar, maka akan terus menjadi persoalan. Karena di sana selalu tergenang, walaupun hanya hujan,” beber dia.
Sebelumnya, jelas Fuad, air yang di saluran itu biasa mengalir langsung dan bermuara ke laut. Namun, setelah adanya proyek pembangunan tanggul oleh pihak terkait. Hal itu dinilai menghambat aliran air hingga meluap ke jalan raya.
“Karena ada tanggul, itu yang memperlambat sehingga terjadi penumpukan sampah. Maka dampaknya ke kami juga,” akunya.
Selain itu, jembatan yang baru diperbaiki di samping Jayakarta juga disebutnya turut berpengaruh. Karena gorong-gorong air yang dibangun di jembatan itu dinilai kurang sesuai. “Yang saya harapkan, gorong-gorong airnya yang dibangun itu besar. Tapi ini dua kecil-kecil, saya kira itu juga menjadi pemicu,” ketus Kades Senteluk ini.
Sehingga pihaknya menagih solusi atas persoalan tersebut. Karena dirinya juga mengakui, bahwa untuk mengatasi persoalan itu juga butuh kesadaran dari masyarakat. Agar tidak membuang sampah sembarangan, terutama pada saluran air.
Camat Batulayar, Afgan Kusuma Negara juga menyuarakan hal yang sama atas persoalan tersebut. Ia menyebut, gorong-gorong di kawasan itu sering kali tersumbat oleh ranting-ranting pepohonan yang mengalir dari hulu. Terlebih bila kawasan itu diguyur hujan deras.
“Memang penyebabnya itu adalah sampah yang datang dari hulu. Terutama adalah sampah ranting pohon, itu yang banyak,” beber Afgan saat dikonfirmasi belum lama ini.
Menurutnya, karena gorong-gorong di kawasan itu modelnya terbagi dua dengan penyekat di bagian tengah, sehingga batang pohon gampang tersangkut pada penyekat tersebut. Itu dikatakannya, akan langsung menyebabkan sampah yang seharusnya bisa mengalir, justru menumpuk pada bagian sekat tersebut.
“Nah ini yang menyebabkan persoalan yang sama terus berulang dari waktu ke waktu, di titik gorong-gorong ini,” ketusnya.
Pihaknya mengakui, sekitar dua bulan yang lalu, pihak Balai Wilayah Sungai (BWS) provinsi NTB, sempat melakukan langkah antisipasi dengan membersihkan gorong-gorong tersebut. Namun, ketika hujan deras tiba, nyatanya persoalan sumbatan tetap berulang.
Oleh karena itu, camat Batulayar ini menyarankan supaya pihak terkait dapat membuat jaring sampah menggunakan besi. Di setiap perbatasan dusun yang dilalui aliran sungai tersebut. Hal itu dinilainya dapat menjadi salah satu solusi. Untuk dapat mengurai tumpukan sampah seperti yang terjadi saat ini.
Karena tidak adanya pembatas yang menyaring sampah di tiap dusun, ini lah mengakibatkan sampah yang dari hulu dan dusun-dusun yang dilalui justru menumpuk di dusun yang menjadi hilir.
“Tapi bila setiap perbatasan dusun dibuatkan jaring dari besi, maka akan meminimalisir sampah yang hanyut sampai ke hilir. Dan tiap dusun bisa membersihkan sampahnya sendiri,” tandas camat Batulayar ini. (yud)