31.5 C
Mataram
Senin, 25 November 2024
BerandaBerita UtamaDampak Pandemi, Harga dan Pesanan Hewan Kurban di Lobar Anjlok

Dampak Pandemi, Harga dan Pesanan Hewan Kurban di Lobar Anjlok

Salah seorang peternak, di Bagik Polak, Labuapi, yang sedang memberi makan sapinya. Jum’at (16/07/2021). (Inside Lombok/Yudina Nujumul Qur’ani).

Lombok Barat (Inside Lombok) – Harga mau pun pembelian sapi dan kambing menjelang hari raya Idu Adha tahun ini di Lombok Barat merosot tajam. Bahkan, di masa sulit ini, para peternak harus berjuang sendirian tanpa uluran bantuan pemerintah.

“Yang anjlok ini harga dan penjualan sapi, kalau dulu biasanya sebelum hari H Idul Adha, sapi-sapi di sini sudah habis di pesan” keluh Izul Islam, salah seorang peternak sapi dan kambing saat ditemui di kandang miliknya di desa Bagik Polak, kecamatan Labuapi, Jum’at (16/07/2021).

Dalam situasi sulit ini, dari 24 sapi yang diternak di kandang kolektif itu justru hanya enam ekor yang laku terjual.

“Harganya jauh beda, dulu sebelum pandemi, lumayan lah dapatnya (penggembala) tapi kalau sekarang asli anjlok” imbuhnya.

Anjloknya harga sapi di masa pandemi ini pun diakui Izul, bahkan hingga Rp 2 juta pe rekornya. Bila dibandingkan dengan situasi sebelum pandemi. Merosotnya harga itu pun tentu menyebabkan para peternak ini mengalami kerugian.

“Kalau dibilang rugi, sebenarnya rugi tenaga, karena gak sesuai hasil menggembala dengan penjualan saat ini,” ungkap Izul dengan nada pasrah.

Bagaimana tidak, harga yang merosot jauh itu tidak berbanding lurus dengan besarnya biaya untuk memelihara dan merawat hewan ternak yang mereka punya.

“Harga kambing anjlok, harga sapi anjlok, sementara pengeluaran besar dan peternak juga banyak,” akunya.

Sementara untuk kambing, dari 50 ekor yang ada di kandang itu yang laku baru setengahnya yakni sekitar 25 ekor.

“Memang lebih banyak yang beli kambing, karena menyesuaikan juga dengan kondisi ekonomi teman-teman yang membeli” tutur dia.

Sementara untuk persyaratan yang harus dipenuhi oleh 24 anggota peternak yang ada di sana untuk penjualan hewan kurban. Mulai dari surat keterangan sehat bagi hewan ternak tersebut. Kemudian, sebelum di kurban, sapi yang ada di sana juga harus disuntik vitamin (injeksi) terlebih dahulu. Dan itu sudah mampu mereka penuhi.

Namun ia mengakui, yang menjadi kendala para peternak di sana bukan soal ketersediaan dan kesehatan hewan. Tetapi lebih kepada sepinya pembeli.

“Sapi banyak, tapi pembelinya yang sedikit” sambung dia.

Selama ini dana yang mereka gunakan untuk mengelola peternakan itu bersumber dari dana pribadi. Tanpa adanya bantuan dari pemerintah. Termasuk juga hewan ternak yang mereka pelihara.

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer