Lombok Timur (Inside Lombok) – Ditutupnya ekpor benih lobster atau benur oleh pemerintah pusat berakibat pada pengusaha benur di daerah. Bupati Lotim menilai masyarakat di daerah penghasil benur seperti di Lombok Timur (Lotim) dilema.
Bupati Lombok Timur, HM Sukiman Azmy mengatakan, ditutupnya keran ekspor benur untuk sementara waktu menyebabkan masyarakat di daerah penghasil benur seperti di Desa Batu Nampar, Kecamatan Jerowaru dilema. Pasalnya, beberapa eksportir merasa rugi dengan ditutupnya keran ekpor tersebut. Sementara untuk masyarakat yang budidaya lobster sangat beruntung karena bisa membeli benur tersebut.
“Kenapa saya katakan dilema, banyak pembudidaya sangat butuh bibit lobster, sementara eksportir hanya bisa dikatakan merugi,” ujarnya kepada awak media di Gedung DPRD Lotim, Senin (30/11).
Setelah dibukanya keran ekpor oleh KKP beberapa waktu lalu, masyarakat pembudidaya lobster merasa kesulitan mendapatkan benur tersebut. Pasalnya, nelayan pencari benur lebih memilih menjual benur mereka kepada eksportir lantaran harga yang menjanjikan.
“Harga benur naik setelah ekspor, masyarakat pembudidaya tidak sanggup membelinya sehingga nelayan lebih memilih ke eksportir,” katanya.
Adanya pembudidaya lobster yang menjual bibit lobster tentu menjadi dilema juga karena tidak bisa mengirim benih lobster untuk sementara waktu. Akan tetapi, kata Bupati, tidak semua pembudidaya menjadi eksportir, pembudidaya beda dengan penghasil bibit.
“Walaupun ada akan tetapi tidak seluruhnya,” ucapnya.