Lombok Barat (Inside Lombok) – Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Pemda Lobar melakukan ekspose hasil penyusunan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) kecamatan di Kabupaten Lombok Barat. Ini pun menjadi salah satu bahan dalam menyusun RPJMD dan RPJP yang tengah dilakukan Pemda.
Dalam pemaparannya, Kepala BPS Lobar, Lalu Supratna menerangkan bahwa laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lombok Barat (Lobar) selama lima tahun terakhir mengalami peningkatan. BPS mencatat peningkatan laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2022 lalu mencapai 3,46 persen. Baik itu pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ADHB maupun ADHK selama periode tersebut.
Dia menjabarkan sebanyak 17 indikator pembentuk PDRB Pemda Lobar. Dan lima diantaranya menjadi indikator penyumbang terbesar peningkatan laju ekonomi di Lobar. Seperti sektor pertanian, kehutanan dan perikanan. Diakuinya menjadi penyumbang terbesar PDRB Lobar di tahun 2019, yakni sebesar 20,06 persen. Kemudian kategori kedua, terkait dengan perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan motor mencapai 13,08 persen. Lanjut pada kategori kontruksi diangka 13,49 persen, lalu transportrasi dan pergudangan 10,03 persen, serta penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 6,90 persen.
“Di 2020 mengalami penurunan laju ekonomi kita hingga -7,03 persen karena dampak pendemi covid 19 yang berdampak ke semua sektor terkecuali pertanian,” ungkap Supratna.
Namun beranjak di 2021, dia menyebut laju ekonomi Lobar berangsur meningkat diangka 3,40 persen dan terus merangkak naik di 2022, hingga diangk 3,46 persen. Pertumbuhan itu juga disumbang lima sektor pembentuk PDRB itu, seperti di sektor pertanian, kehutanan dan perikanan diangka 21,20 persen. Kemudian perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan motor 13,67 persen, kontruksi sebesar 11,23 persen, transportrasi dan pergudangan di angka 11,22 persen.
Namun dampak terjadinya covid dan resesi membuat pergeseran dari penyedia akomodasi dan makan minum diganti dengan administrasi pemerintahan, pertanahan dan jaminan sosial yang angkanya 6,47 persen.
“Karena ketika kita kerkena covid dan resesi itu peran pemerintah sangat besar dalam perekonomian,” jelasnya.
Sementara itu, Koordinator Fungsi Statistik Neraca BPS Lobar, Tri Harjanto mengungkapkan, 17 kategori pembentuk peningkatan PDRB itu tersebar di 10 Kecamatan di Lobar dengan berbagai keungulannya. Penyumbang terbesar ada di Kecamatan Gerung, Lembar, Batulayar, Narmada dan Gunungsari.
Diakuinya bencana gempa pada 2018 silam dan Pandemi Covid-19 di 2020 lalu sangat berdampak pada laju ekonomi Lobar. Namun setelah itu perekonomian mulai bertumbuh di 2021, terutama di sektor akomonasi pariwisata. Termasuk sektor lain, seperti arus penumpang pelabuhan, termasuk juga soal pengiriman barang yang juga meningkat kembali.
“Namun setelah 2021 pertumbuhannya di 3,40 persen, di 2022 hanya bertambah laju ekonomi 0,06 menjadi 3,46, ini agak mentok,” ujar Tri.
Sehingga pihaknya menyarankan agar Pemda lebih fokus memperhatikan lima kategori penyumbang terbesar PDRB tersebut. Mengingat Sektor andalan Lobar saat ini ada pada pertanian dan pariwisata. Karena pertumbuhan sektor itu akan memicu pertumbuhan sektor lainnya.
“Itu harus kita kelola agar bisa mendukung pertumbuhan sektor lainnya, Karena di sektor pariwisata tidak hanya satu bidang saja seperti objek wisata, tapi ada kerajinan tangan, kemudian beberapa industri lain yang harus digerakan untuk bisa dipasarkan di pariwisata,” jelasnya.
Menanggapi itu Sekretaris Bappeda Lobar, Hj. Sri Muryaningsih mengaku perkembangan PDRB perkecamatan itu sangat dibutuhkan pihaknya. Terlebih kini Bappeda sedang menyusun Rencana Kerja Pembangunan jangka panjang dan menengah.
Pihaknya pun melihat trend peningkatan laju ekonomi Lobar cukup baik dari tahun ke tahun.
“Jadi data PDRB, laju ekonomi ini sangat kita butuhkan apalagi perkecamatan. Nanti pada saat persiapan arah kebijakan kita akan betul-betul melihat potensi di setiap kecamatan,” bebernya.
Muryaningsih mengatakan, setiap kecamatan memiliki potensi karakteristik tersendiri. Sehingga nantinya Pemda tinggal mengarahkan untuk memfokuskannya. Tidak hanya fokus pada lima sektor penyumbang peningkatan PDRB, namun juga akan coba memperhatikan beberapa sektor lain yang angkanya kecil.
“Seperti sektor pendidikan, misalnya Kuripan yang kontribusi PDRB nya terendah. Nah kalau kita mau memajukan daerah, kita bisa meningkatkan dari sektor pendidikan. Ada mungkin beberapa lahan pertanian tidak produktif yang bisa kita kerjasama dengan universitas untuk pembangunan kampus,” pungkasnya.(yud)