Lombok Barat (Inside Lombok) – Radika, warga Nyur Lembang dan keluarganya sudah empat tahun tinggal di kandang sapi akhirnya mendapat perhatian pemerintah. Ia dibelikan tanah seluas 1 are tak jauh dari lokasi kandang yang ditinggali, untuk kemudian dibangunkan rumah oleh Pemda Lobar.
Radika selama ini diketahui memang kerap berpindah-pindah tempat tinggal lantaran tidak memiliki rumah dan lahan. Hingga yang terakhir, ia sekeluarga tinggal di sebuah kandang sapi yang disekat sebagai kamar.
“Jadi warga tiang ini adalah warga pengarat istilahnya ya. Jadi dia ditaruh di kandang ini karena tidak punya rumah dan lahan, dan dia diberikan ngarat sapi yang di kandang itu,” kata Kades Nyur Lembang, H. Warti Asmunadi saat dikonfirmasi, Rabu (07/09/2022).
Setelah melalui negosiasi dan diskusi dengan berbagai pihak terkait, mulai dari Dinas Sosial NTB hingga pihak kecamatan, akhirnya kini anak Dika yang paling besar yang sudah berusia 8 tahun dan awalnya tidak sekolah sudah dititipkan di Yayasan Peduli Anak. Kemudian sang istri yang diketahui mengalami depresi berat, kini sudah mendapat perawatan di RSJ Mutiara Sukma.
“Nah sekarang dia (Dika) tinggal (di kandang) bertiga sama anaknya yang kedua berusia 5 tahun dan yang terakhir berusia 2 tahun,” imbuh dia.
Dua hari yang lalu, Ketua DPRD Lobar, Hj. Nurhidayah juga disebutnya sudah menemui Dika untuk menginformasikan tanah seluas satu are yang telah dibelikan pemda. “Harganya Rp25 juta, yang punya namanya Pak Romi juga ikut nyumbang untuk warga ini. Katanya berapapun uangnya akan tetap dikasih satu are,” tutur Warti.
Dari Dinas Perkim Lobar pun diakuinya sudah turun untuk mengukur lahan yang telah dibelikan untuk Dika dan keluarga. Karena sesuai instruksi Bupati, dalam waktu dekat, Pemda akan membangunkam rumah sederhana yang lebih layak huni.
“Makaknya Bu Ketua DPRD dan Kadis Perkim sudah komunikasi, supaya pembangunan rumah ini bisa di APBD Perubahan. Atas respon itu, tadi dari Perkim sudah turun,” ungkap dia.
Karena bila tidak ada solusi atas kasus itu, dikhawatirkan anak-anak Dika justru menjadi terlantar pendidikannya. Seperti anak sulungnya yang sudah berusia 8 tahun namun tidak sekolah. Lantaran satu keluarga itu tidak memiliki identitas kependudukan, mulai dari Kartu Keluarga (KK), akta kelahiran, KTP dan yang lainnya.
“Saat ini (pengurusan identitas kependudukannya) sedang berproses di UPT Lingsar,” ujarnya. Namun terkait dengan bantuan sosial (bansos) yang pernah diterima oleh Dika dan keluarga, Warti Mengakui bahwa mereka tidak bisa menerima bansos lantaran tidak memiliki identitas kependudukan. Tetapi setiap ada kegiatan sosial di desa, pihaknya mengaku rutin memberikan sembako ke keluarga tersebut.
“Sekadar sembako dari desa kita sering berikan, tapi kalau bantuan sosial dari pemerintah itu ndak bisa karena mereka ndak punya identitas kependudukan,” jelasnya.
Padahal, kata dia, Dika sering dibujuk untuk mengurus identitas kependudukan ke desa. Namun selalu menolak. Hingga akhirnya, setelah berita mengenai dirinya viral, banyak pihak yang datang untuk membujuknya.
“Baru dia mau, trus kita bawa ke kantor camat, untuk dibuatkan semua-muanya KK, KTP sama akta kelahiran,” tutup Warti. (yud)