32.5 C
Mataram
Sabtu, 18 Mei 2024
BerandaBerita UtamaHadapi Kenaikan BBM, Sektor Pariwisata Harus Efisiensikan Biaya Operasional

Hadapi Kenaikan BBM, Sektor Pariwisata Harus Efisiensikan Biaya Operasional

Mataram (Inside Lombok) – Naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) secara resmi sejak 3 September 2022 lalu berdampak pada seluruh sektor yang ada, termasuk pariwisata. Efisiensi biaya operasional untuk sektor transebut pun perlu disiapkan, agar tidak mengalami dampak besar.

“Para pelaku industri pariwisata dan ekonomi kreatif sudah harus mulai melakukan efisiensi pada biaya operasional, seperti menerapkan program green energi ramah lingkungan, misalnya di hotel,” ungkap Pengamat Pariwisata Nasional, Taufan Rahmadi, Senin (5/9).

Pasalnya, kenaikan harga BBM akan dibarengi dengan kenaikan seluruh barang, termasuk kenaikan tarif kamar hotel, transportasi, bahan pokok dan jasa layanan wisata lainnya. Nantinya dikhawatirkan dapat mengurangi kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Karena mereka mengurangi pengeluaran untuk berwisata.

“Ini akan berdampak pada banyaknya wisatawan nusantara yang akan mengurangi dan menunda rencana liburannya, serta jumlah wisatawan mancanegara (wisman) datang ke Indonesia terancam berkurang,” tuturnya.

- Advertisement -

Sebagaimana diketahui, pada 3 September 2022 pukul 14.30 WIB pemerintah pusat memutuskan menyesuaikan harga BBM subsidi. Antara lain pertalite dari Rp7.650 per liter menjadi Rp10 ribu per liter, kemudian solar subsidi dari Rp5.150 per liter menjadi Rp6.800 per liter. Pertamax non-subsidi Rp12.500 per liter menjadi Rp14.500 per liter.

“Belajar dari kenaikan harga BBM selama ini, bukan hanya travel dan maskapai penerbangan menaikkan harga, tetapi juga para suplier akan menaikkan harga karena biaya transportasi meningkat,” jelasnya.

Kendati demikian, meskipun BBM mengalami kenaikan, Taufan menilai kenaikan ini bersifat sesaat. Karena baik di industri pariwisata maupun ekonomi kreatif seringkali terbukti cepat beradaptasi.

“Mereka mempunyai solusi hingga dapat segera mengatasi dampak tersebut,” ucapnya.

Sebelumnya, Dewan Terhormat Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) NTB, I Gusti Lanang Patra mengatakan kenaikan harga BBM otomatis diikuti kenaikan harga barang, ini bisa berdampak pada inflasi daerah. Ditambah dengan biaya operasional cenderung naik, seperti listrik, bahan makan dan minum, sehingga pengusaha di industri pariwisata sangat sulit untuk menaikkan harga barang dan jasa, khususnya tarif kamar hotel. Sudah sulit karena adanya persaingan usaha, ditambah daya beli masyarakat yang masih lemah.

“Saat ini pengusaha hotel dan restoran tak punya cara lain kecuali kita menekan biaya seefisien mungkin,” tuturnya. (dpi)

- Advertisement -

Berita Populer