32.5 C
Mataram
Jumat, 17 Mei 2024
BerandaBerita UtamaHarga Terlalu Tinggi, UMKM KLU Kesulitan Pasarkan Produk

Harga Terlalu Tinggi, UMKM KLU Kesulitan Pasarkan Produk

Mataram (Inside Lombok) – Beberapa produk UMKM NTB cukup banyak dikenal dan sudah banyak menembus beberapa pangsa pasar. Namun tak sedikit produk UMKM yang masih kesulitan untuk memasarkan produknya, seperti UMKM di wilayah Kabupaten Lombok Utara (KLU), lantaran harga produk yang dipatok terlalu tinggi.

“Segi kualitas kita tidak kalah saing, bahan baku cukup berlimpah, tapi mereka mengaku pemasaran sulit. Bukan itu masalahnya tapi harga produknya yang terlalu tinggi,” ungkap Direktur BUMD Tioq Tata Tunaq Berkah, Hesti Rahayu, Selasa (27/12).

Dikatakan, para pelaku UMKM di KLU kerap kali mengalami kesulitan dalam menjual produknya, karena harga jual yang dipatok terlalu tinggi dibanding dengan daerah lain. Seperti harga tenun bayan lebih mahal dari tenun di Lombok Tengah maupun Lombok Timur.

Kuat dugaan selisih harga terlalu tinggi ini menjadi salah satu kendala terbesar dalam mencari peluang pangsa pasar. Untuk itu perlu menjaga keberlanjutan atau konsistensi dalam berproduksi.

- Advertisement -

“Kita kesulitan dalam ekspansi bisnis, karena ini dilakukan sambilan dan tidak berkelanjutan,” ujarnya.

Tak hanya itu, dampak lainnya produk mereka sulit masuk toko oleh-oleh hingga ritel modern. Terlebih harga masih menjadi pertimbangan utama konsumen dalam membeli produk. Untuk kalangan tertentu, mereka lebih tertarik. Ketika membandingkan barang yang sama dengan harga yang berbeda maka mereka akan pilih yang murah.

“Makanya kita sulit masuk di toko oleh-oleh dan ritel modern, kita sudah kalah saing. Selain itu sikap lembaga atau pemerintah memberikan bantuan hanya sekedar menyalurkan pembiayaan kepada pelaku UMKM, tanpa melakukan pendampingan secara keberlanjutan,” jelasnya.

Di mana membuat para pelaku UMKM sering gagal memanfaatkan bantuan yang diberikan secara maksimal untuk mengembangkan bisnisnya. Pendampingan sendiri sudah sering dilakukan, mulai dari Dinas Koperasi, Dinas Sosial, ditambah organisasi non-profit.

Bantuan dari pemerintah pun diharapkan tidak selesai pada hasil, melainkan pemasukan dari hasil tersebut juga perlu terlihat, sehingga tidak ada kesulitan dalam pemasaran produk. “Artinya mereka sudah bisa mengelola berapa biaya produksi, keuntungan yang harus disimpan, pasar. Semua itu harus dipetakan sejak sekarang,” imbuhnya.

Diharapkan persoalan ini dapat diselesaikan bersama-sama. Artinya apa yang menjadi penyebab produk ini belum bisa diekspansi ke daerah lain, serta bagaimana cara agar meningkatkan kualitas, perizinan, harga itu masih menjadi persoalan. Apalagi banyak sekali potensi yang bisa dikembangkan di KLU. Di antaranya kopi robusta, beras Tanjung kacang mete hingga madu trigona.

“Sudah ada beberapa UMKM yang bekerjasama dengan BUMD daerah. Tahun pertama di 2021 ada sekitar 37 UMKM, sekarang baru 3-4 perjanjian kerjas ama,” tandasnya. (dpi)

- Advertisement -

Berita Populer