Mataram (Inside Lombok) – Pawai ogoh-ogoh diprediksi akan bersamaan dengan pelaksanaan hari pertama puasa Ramadhan. Umat Islam maupun Hindu diminta untuk tetap menjaga toleransi selama pelaksanaan ibadah masing-masing.
Asisten I Setda Kota Mataram, Lalu Martawang mengatakan berdasarkan rapat yang sudah dilakukan pelaksanaan Hari Raya Nyepi akan dilaksanakan pada 22 Maret 2023. Sedangkan umat muslim diprediksikan akan memulai hari pertama puasa 1 Ramadhan pada 23 Maret 2023.
“Yang menjadi perhatian itu ketika pawai ogoh-ogoh dan pada saat umat Hindu melakukan tapa brata penyepian itu dan pada saat malam pertama tarawih,” katanya, Kamis (2/3) pagi.
Dengan kondisi ini ada pengaturan yang akan dilakukan oleh pemerintah daerah. Hal ini dilakukan agar ibadah yang dilakukan oleh masing-masing umat beragama tersebut baik Muslim maupun Hindu tidak saling mengganggu. “Kita harapkan itu dipedomani oleh umat muslim maupun hindu,” ujarnya.
Di beberapa lingkungan di Kota Mataram, umat Hindu dan Muslim tinggal berdampingan. Pada kesempatan ini diharapkan, sikap toleransi bisa dijunjung tinggi sehingga bisa melaksanakan ibadah dengan khusyu baik umat Islam maupun Hindu.
“Di situ kita buktikan toleransi di antara kita betul-betul bisa kita tunjukkan kepada lingkungan kita sendiri, Kota Mataram, NTB bahkan kepada dunia,” terangnya.
Ia mencontohkan, di beberapa lingkungan biasanya menggelar pawai pada saat malam pertama Puasa Ramadhan. Namun karena umat Hindu juga sedang melaksanakan ibadah, maka rute yang dilakukan bisa dialihkan ke yang lain. “Misalnya harus lewat jalur tertentu, tetapi kemudian kita pindah lewat jalur yang berbeda. Ini kan bagian dari cara kita saling menghargai,” papar Martawang.
Selain itu, pada hari pertama puasa juga diharapkan tidak menggunakan pengeras suara yang terlalu besar. Karena nantinya bisa mengganggu umat Hindu yang juga sedang melaksanakan ibadah tapa brata penyepian. “Mungkin di hari pertama kita tidak menggunakan corong (pengeras suara) luar dulu, tapi corong dalam,” harapnya.
Menurutnya, cara-cara ini sebagai upaya saling menghargai sesama umat beragama di Kota Mataram. Pemkot Mataram sudah melakukan koordinasi dengan tokoh agama Hindu maupun Islam agar bisa disepakati bersama. “Ini agar saling bertoleransi. Di mana pelaksanaan ibadah bisa sama-sama khusyu,” ucapnya.
Sementara itu, pada saat pawai ogoh-ogoh pemerintah juga akan membatasi jumlahnya maupun waktu pelaksanaanya. “Ini juga nanti ada batasannya. Sehingga sama-sama berjalan dengan lancar,” tutup Martawang. (azm)