32.5 C
Mataram
Sabtu, 18 Mei 2024
BerandaBerita UtamaKasus Kekerasan dan Pelecehan Anak di Lobar Tinggi

Kasus Kekerasan dan Pelecehan Anak di Lobar Tinggi

Lombok Barat (Inside Lombok) – Kasus kekerasan dan pelecehan anak yang terjadi di Lombok Barat (Lobar) terbilang masih tinggi. Sejak Januari hingga awal Maret 2023 ini saja, Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Lobar telah menerima 15 laporan polisi terkait kasus kekerasan dan pencabulan terhadap anak.

“Di situ terdiri dari kasus kekerasan terhadap anak dan kekerasan seksual terhadap anak,” ungkap Kanit PPA Polres Lobar, Ipda Wikanto, saat dikonfirmasi Kamis (02/03/2023). Diterangkan, kasus kekerasan seksual terhadap anak tercatat ada 8 laporan dengan 8 orang pelaku. Ada 3 orang pelaku berusia dewasa, sedangkan 5 orang pelaku justru masih berusia anak juga.

“Untuk tahapan prosesnya saat ini sudah tahap penyidikan. Ada 2 perkara yang sudah P21 dan sebagainya masih penyidikan,” terang dia.

Rata-rata pelaku dalam kasus pelecehan dan kekerasan terhadap anak ini diakuinya merupakan orang terdekat korban. Seperti keluarga, tetangga, hingga oknum guru olahraga di salah satu SD di kecamatan Kediri yang kasusnya baru saja dilaporkan pada Rabu (01/03) kemarin.

- Advertisement -

“Kasus di lembaga pendidikan baru 1 ini yang kami periksa sekarang ini, dan kemungkinan besok kami lakukan penahanan,” jelas Wikanto. Lokasi yang menjadi tempat dilakukannya pelecehan seksual tersebut diakuinya beragam. Ada yang di rumah korban, di sungai, hingga di sekolah.

“Kalau ancaman hukumannya kita mengacu kepada undang-undang kekerasan seksual terhadap anak itu minimal 5 tahun, maksimal 15 tahun. Tetapi kalau yang pelakunya tenaga pendidik seperti ini, hukumannya akan ditambah sepertiga,” terangnya.

Angka pelaporan kekerasan dan pelecehan terhadap anak di Lobar ini diakuinya tinggi. Termasuk para pelaku dalam kasus ini juga diakui Wikanto rata-rata masih di bawah umur. “Pelakunya itu 3 orang dewasa yang sudah kami tahan, sisanya itu anak-anak dan sudah kami titip di Paramitha,” ungkap dia.

Rata-rata modus yang melatarbelakangi aksi kekerasan dan pelecehan disebutnya ada yang karena pengaruh Miras, kemudian pergaulan dan kebebasan yang diberikan orang tua bagi anak-anaknya dalam mengakses berbagai hal di HP mereka, termasuk konten seksual tanpa pengawasan.

“Ada yang karena pengaruh sering membuka HP, sering membuka konten yang berbau pornografi, sehingga itu yang coba dipraktekkan,” sesalnya. (yud)

- Advertisement -

Berita Populer