Mataram (Inside Lombok) – Para pelaku industri kecil menengah (IKM) NTB binaan Dinas Perindustrian NTB ikut ambil bagian dalam event MotoGP 18-20 Maret lalu. Sebanyak 150 IKM mengikuti bazar dengan penetapan di tiga titik. Sayangnya, banyak dari pelaku usaha itu belum merasakan dampak positif.
Kabid Kerjasama Pengawasan Promosi dan Investasi Dinas Perindustrian NTB, Hj. Ely Mulyani menyebut beberapa titik yang diisi yakini Parkir Timur Sirkuit Mandalika, halaman Masjid Hubbul Wathan Islamic Center dan Taman Sangkareang di Kota Mataram.
“Yang lumayan ramai itu di Parkir Timur dan Sangkareang. Kalau di Islamic Center rupanya tamu tidak diarahkan ke sana, tapi memang dari awal rencana ada tamu-tamu diarahkan ke sana. Rencananya seperti itu, tapi kelihatannya tidak seperti itu sehingga agak sepi,” ungkapnya, Rabu (30/3).
Menurut Ely, pelaksanaan bazar IKM sebaiknya tidak dilakukan secara bersamaan ketika ada event internasional berlangsung, seperti yang ada di Kota Mataram. Mengingat, sebagian besar tamu atau penonton terfokus di kawasan Mandalika, Lombok Tengah.
“Misalnya, bazar ini kita gelar pasca event MotoGP saja. Karena banyak dari penonton ini lanjutkan liburan mereka. Saat itu mereka memiliki waktu untuk berbelanja, kulineran atau membeli oleh-oleh,” tuturnya.
Selama event kemarin di gelaran bazar pengunjung lebih dominan ke makanan berat atau basah, karena sebagian besar mencari makanan khas Lombok. Meski ada beberapa kegiatan diselenggarakan dalam bazar tetap tidak meningkatkan jumlah pengunjung stand IKM di Islamic Center.
“Kami tidak tinggal diam, sebagian produk mereka kami titipkan pada salah satu stan yang ada di Parkiran Timur Sirkuit Mandalika supaya mereka terdampak juga,” jelasnya.
Diakuinya, banyak produk IKM kuliner yang laku di Parkiran Timur Sirkuit Mandalika lantaran area tersebut menjadi jalur wajib yang dilewati penonton. Keuntungan pelaku IKM di area tersebut mencapai puluhan juta, terutama untuk produk kuliner yang banyak diburu pengunjung.
“Kalau di Sangkarenag karena memang jantung kota tempat kumpul banyak orang bukan hanya wisatawan tapi juga warga Kota Mataram (yang membeli). Katanya pendapatan mereka ada yang Rp400 ribu sampai Rp1,5 juta sehari,” ungkapnya.
Senada, Kabid Sarana dan Prasarana Dinas Perindustrian NTB, Lalu Siswandi menambahkan para pelaku IKM harus didorong dan menggunakan digitalisasi. Artinya, penjualan produk IKM tidak hanya mengandalkan offline semata, melainkan online juga.
“Mereka yang bukan kuliner ini justru memanfaatkan kerja sama dengan para guide dan travel. Seperti kain tenun dan anyaman bambu, hadirkan produk dalam stan, tapi ada juga produk dijual secara online,” usulnya. (dpi)