Mataram (Inside Lombok) – Ribuan jamaah memadati Masjid Hubbul Wathan Islamic Center Mataram pada peringatan Isra Miraj, Rabu (2/3) malam. Pada peringatan Isra Miraj, TGB Zainul Majdi mengajak semua lapisan masyarakat agar menghidupkan tradisi keagamaan.
Dalam tausiah yang disampaikan saat peringatan Isra Miraj tersebut, TGB mengatakan banyak negara-negara Islam di dunia yang tidak memperingati Isra Miraj setiap 27 Rajab penanggalan kalender Islam. Sementara di Indonesia, peringatan hari besar keagamaan tetap digelar setiap tahun secara rutin.
“Ulama-ulama kita di NTB, mentradisikan untuk setiap tahun memperingati Isra Miraj. Karena pembiasaan merupakan jalan pendidikan yang paling baik,” katanya. Dalam tausiahnya ia melanjutkan, sesuatu yang diulang-ulang akan selalu melekat dihati.
Metode ini menjadi cara dakwah islam yang dikembangkan oleh orang tua dan guru. Sehingga nilai-nilai islam tidak hanya dihafal atau diketahui, melainkan juga menjadi pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari. “Sesuatu yang berulang-ulang akan melekat dihati,” katanya.
TGB juga menerangkan, karena pembiasaan yang diajarkan oleh guru dan orang tua, maka jika Isra Miraj sekali tidak dilaksanakan, maka akan terasa ada yang berbeda. Di mana, masyarakat akan mempertanyakan alasan-alasannya. Tidak saja peringatan Isra Miraj melainkan juga hari besar lainnya seperti Nuzulul Qur’an, Maulid Nabi, dan lainnya.
“Isra Miraj itu tidak dilaksanakan ada yg beda. masyarakat akan tanya. karena merasa ada yang hilang. Orang tua dan guru sudah berhasil menanamkan nilai keislaman,” ujarnya.
Di Indonesia sambung TGB, nilai-nilai keislaman tetap kokoh dan kuat, tanpa memproklamirkan diri sebagai negara Islam. Hal ini terlihat dari teks Pancasila mulai dari sila pertama hingga sila kelima yang sudah sesuai dengan nilai-nilai islam. “Bersyukur kita jadi bagian dari bangsa Indonesia,” katanya.
Di akhir tausiahnya, TGB berpesan agar tetap menjaga kondusifitas daerah. Masyarakat diajak untuk fokus terhadap pembangunan daerah. Selain itu, jangan sampai terprovokasi dengan banyak hal.
“Yang bisa kita ambil itu juga diajarkan Rasulullah yaitu keselamatan bagaimana mengontrol lidahnya. Sejuta omongan tidak baik dari orang itu tidak apa. Tapi satu kata yang buruk keluar dari lidah kita, itu yang akan kita pertanggungjawabkan kepada Allah swt, Bukan pekerjaan orang yang kita ditanya oleh Allah tapi pekerjaan tangan dan kaki kita,” tutupnya. (azm)