Mataram (Inside Lombok) – Aktivitas para penghuni di Panti Sosial Lanjut Usia Mandalika, Kamis (22/12) pagi cukup ramai. Sebagian dari mereka ada yang sudah di masjid untuk mengikuti pengajian rutin. Keberadaan para penghuni panti tidak saja atas kemauannya sendiri, melainkan diserahkan oleh keluarganya.
Salah seorang penghuni Panti Sosial Lanjut Usia Mandalika Provinsi NTB, Supardi (67) asal Lombok Timur menuturkan dirinya sudah tinggal di panti sekitar lima tahun. Keberadaanya di Panti Sosial Lanjut Usia Mandalika karena diantar oleh adiknya sendiri.
Setelah diantar lima tahun silam, lanjut Supardi, belum ada satupun keluarganya yang datang menjenguknya. “Diantar sama adik saya. Ada dua anak saya, tapi tidak pernah ke sini. Karena dia (anaknya, Red) tidak tahu kalau saya dibawa ke sini, adik saja yang tahu,” katanya, Kamis (22/12) pagi.
Ia mengatakan, jika anaknya mengetahui kalau saat ini tinggal di panti, barangkali akan rutin untuk dikunjungi. Karena setelah anaknya menikah, dia sudah tidak tinggal bersamanya. “Dia (anak, Red) tidak jauh dari saya. Jadi mungkin tidak tahu. Kalau tahu pasti ke sini,” ujar Supardi penuh harap.
Diakui Supardi, keluarganya terpaksa mengantarnya ke Panti Sosial Lanjut Usia Mandalika karena kondisi ekonomi. Selain itu, dia sendiri mengaku sudah tidak bisa bekerja karena kondisi fisik yang harus menggunakan kursi roda. “Ya karena ekonomi lemah,” katanya.
Selama lima tahun tinggal di Panti Sosial Lanjut Usia Mandalika, ia merasa rindu untuk bertemu dengan keluarganya. Untuk itu, pada Ramadan mendatang Supardi berencana untuk datang ke kampung halamannya. Meski tidak bertemu keluarga, minimal ia berharap bertemu dengan teman-temannya.
“Saya kangen, tapi mereka yang tidak kangen. Jadi Ramadan nanti saya rencana pulang. Ada keluarga lain tempat saya pulang. Kan mau bertemu dengan teman-teman,” ujarnya.
Sementara penghuni yang lain, Komang mengatakan dirinya baru tiga bulan tinggal di panti. Keputusannya tinggal di panti karena ingin merasa lebih tenang. Pasalnya, untuk tinggal bersama anaknya sudah tidak memungkinkan lagi disebabkan beda keyakinan.
“Anaknya saya cuma satu dan kawin sama muslim. Saya juga empat saudara, tapi tinggal saya saja dan orang tua sudah tidak ada,” tuturnya.
Selama tinggal di panti, anaknya selalu datang untuk menjenguk. Bahkan pakaian yang digunakan dibersihkan oleh anaknya sendiri. Sehingga meski tinggal di panti, perhatian anak terhadapnya tidak pernah kurang.
“Tidak tentu dia datang, tapi rutin dia datang. Selama tinggal di panti saya merasa nyaman karena ada teman juga,” ucapnya.
Kepala Panti Sosial Lanjut Usia Mandalika Provinsi NTB, Hj. Ari Yuliani mengatakan penghuni panti yang sudah tinggal cukup lama, sangat ingin bertemu keluarga. Upaya yang dilakukan pihak panti yaitu dengan menghubungi keluarga hingga mendatangi tempat tinggalnya.
“Penghuni-penghuni yang sudah lama ingin bertemu keluarga, kita sudah menghubungi keluarganya via ditelepon, melalui petugas sosial, mengunjungi rumahnya,” katanya.
Upaya yang dilakukan ada yang membuahkan hasil seperti keluarga datang untuk menjenguk. Namun sebagian keluarga penghuni panti diakuinya belum peduli. “Ada yang berhasil pihak keluarga datang ada juga yang belum peduli,” pungkasnya. (azm)