Lombok Timur (Inside Lombok) – Kopi merupakan salah satu hidangan wajib bagi sebagian orang untuk jamuan ataupun menemani bersantai dan berdiskusi. Dari banyaknya jenis kopi yang ada di belahan dunia, ternyata kopi Sembalun atau yang biasa dikenal Kopi Arabika Sembalun yang menjadi ciri khas wilayah Lombok Timur kini sedang tren di kalangan pecinta kopi.
Sayangnya, di tengah tren Kopi Arabika Sembalun ini ternyata masih ada berbagai persoalan yang dikeluhkan oleh para petani kopi di Desa Sajang, Kecamatan Sembalun. Mulai dari keluhan lahan, produksi dan bantuan dari pemerintah.
Salah seorang petani dari Kelompok Tani Lereng Rinjani, Yogi menuturkan di Kecamatan Sembalun terdapat puluhan orang yang mengadu nasib menjadi petani kopi. Meski mampu menghasilkan kopi dengan cita rasa yang khas, akan tetapi masih terdapat persoalan yang harus dihadapi.
Demi terus meningkatkan eksistensi kopi yang berasal dari Sembalun, pada 2022 ini para petani kopi telah menyiapkan bibit kopi sebanyak 15 ribu untuk kopi Arabika varian Gayo 2, Gayo 1, dan 3 ribu varian Tipica.
Para petani di Sembalun berharap adanya dukungan dari pemerintah agar kopi Arabika Sembalun ini dapat dipasarkan lebih luas lagi dan menjadi salah satu brand kopi asal Indonesia yang berasal dari tanah Sembalun. Termasuk adanya solusi untuk beberapa persoalan yang dihadapi para petani. Antara lain seperti ketersediaan lahan tanam kopi, jumlah produksi, pengolahan, pemasaran, peremajaan kebun, dan tentunya dukungan dari pemerintah baik kabupaten maupun pemerintah.
“Jika pemerintah serius dalam pengembangan kopi Sembalun ini kami harap adanya peremajaan kebun, pelatihan dan pendampingan para petani untuk mendorong perubahan pola pikir dan kebiasaan petani selama ini,” katanya kepada awak media, Kamis (21/07).
Adapun lahan kopi yang tersedia di Sembalun saat ini yakni sekitar seluas 5 hektare, dari lahan tersebut lahir berbagai cita rasa kopi yang khas seperti Arabika dengan varian Tipica. Di mana kopi Arabika ini diketahui tercipta dari pohon kopi yang berusia ratusan tahun dan menjadi pohon yang tertua di NTB. “Salah satu pohon kopi tertua itu dapat dijumpai ketika kita mendaki di Bukit Daun-Daun,” katanya. (den)