Lombok Timur (Inside Lombok) – Pemuda Desa Sajang, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur mulai meningkatkan eksistensi kopi khas sajang dengan menjamah pasar lokal dan dunia. Langkah ini sekaligus mendorong pemanfaatan potensi alam yang begitu melimpah di Sembalun.
Pencetus Kopina Sajang, Abdul Rozak mengatakan wilayah Sajang yang berada di Kecamatan Sembalun merupakan daerah penghasil kopi yang melimpah, sehingga ia mencoba untuk mengembangkan potensi alam yang dimiliki daerahnya tersebut menjadi sebuah produk unggulan.
“Kopi sajang ini memang sering dibuat sebagai sebuah produk, tapi asal biji kopinya jarang sekali dikenal,” ucapnya saat ditemui Inside Lombok di Bale Wartawan Lombok Timur, Selasa (20/09).
Rozak dalam usahanya memperkenalkan kopi sajang dimulai pada tahun 2018 silam. Di mana pada tahun tersebut Pulau Lombok sedang dihantam oleh bencana alam gempa bumi secara beruntun. Sehingga ia kesulitan dalam mencari biji kopi dari petani yang saat itu masih belum maksimal menggarap kebunnya lantaran gempa bumi.
“Kita mulai membuat kopi sajang menjadi sebuah produk yakni Kopina Sajang tahun 2018, dengan niat untuk memberdayakan petani kopi dan masyarakat, khususnya para porter,” tuturnya.
Kopi Sajang yang baru saja memperlihatkan perkembangannya kemudian kembali berhadapan dengan tantangan yang disebabkan dampak pandemi Covid-19. Produk kopi tersebut pun tak bisa memasarkan kopi asli Lombok itu di cafe-cafe, sehingga diupayakan memiliki produk kemasan.
“Saat Pandemi kan cafe-cafe tutup, jadinya masyarakat yang diam di rumah tentunya lebih memilih kopi kemasan dan cara itupun kita lakukan,” ucapnya.
Tak peduli dengan pandemi, usaha terus dilakukan dengan memasarkan Kopina Sajang secara online melalui berbagai platform, sehingga Kopina Sajang mampu menembus pasar lokal dan internasional.
“Banyak yang pesan dari luar negeri seperti Malaysia, Australia, Eropa dan banyak lagi,” ungkapnya.
Produk yang dihasilkan dari biji kopi pilihan daerah Sajang tersebut dibagi menjadi dua jenis, yakni Arabica dan Robusta. Tentu rasa Kopina Sajang sendiri memiliki ciri khas dengan kopi Arabica maupun Robusta pada umumnya, melainkan memiliki rasa kadar asam, dark coklat, dan orange.
“Rasa itu berasal dari biji kopi pilihan daerah Sajang tanpa ada campuran, bahkan kali disimpan berapa lama pun rasanya tidak akan berubah,” jelasnya.
Setiap minggunya Rozak mampu mengolah sekitar 200 kilogram biji kopi yang dibeli dari para petani Sajang dengan harga Rp110 ribu per kilogram untuk biji kopi Arabica, dan Rp30-40 ribu untuk biji kopi Robusta. Sementara omzet yang dihasilkan dari penjualan Kopina Sajang yakni sekitar Rp30-40 juta setiap bulannya.
“Alhamdulillah juga produk Kopina Sajang ini sendiri sudah dilirik oleh Menparekraf dan juga Kemendes, kita juga sudah mendapatkan pelatihan-pelatihan tentang cara mengolah kopi,” pungkasnya. (den)