30.5 C
Mataram
Selasa, 26 November 2024
BerandaBerita UtamaKualitas di Bawah Standar, Garam NTB Masih Susah Bersaing

Kualitas di Bawah Standar, Garam NTB Masih Susah Bersaing

Mataram (Inside Lombok) – Kualitas garam NTB masih di bawah standar untuk bisa diolah menjadi garam industri. Padahal, jika melihat produksinya yang surplus maka disayangkan tidak adanya peningkatan kualitas, termasuk dengan pengadaan teknologi.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) NTB, Muslim mengatakan pada Juli atau Agustus 2022 mendatang penyediaan alat dan teknologi untuk meningkatkan kualitas NaCl garam lokal menjadi di atas 90 persen diharapkan dapat diaplikasikan di NTB. Agar kelebihan produksi garam lokal bisa diserap seluruhnya.

Saat ini pihaknya sedang mengkoordinasikan pengadaan alat dan teknologi itu dengan Universitas Trunojoyo Madura. “NaCl garam kita selama ini kandungannya di bawah 90 persen. Dengan ada teknologi tersebut bisa naik di atas 90 persen dan kita sudah ada anggarannya,” ujar Muslim, Rabu (8/6).

Saat ini pemerintah tengah berupaya untuk mendorong penguatan industri garam NTB. Mengingat produksi garam NTB yang tinggi tidak diimbangi dengan kualitas yang baik. Sehingga garam lokal yang surplus belum terserap oleh industri. Lantaran belum memenuhi standar kualitas industri untuk NaCl di atas 90 persen.

“Itu kenapa ingin kerjasama dengan Universitas Trunojoyo soal teknologi, karena oleh mereka garam K3 bisa dirubah menjadi K1,” ucapnya. Diharapkan, pakar dari Universitas Trunojoyo juga bisa menyalurkan ilmunya pada sejumlah pakar di beberapa perguruan tinggi NTB. Termasuk ke beberapa tokoh masyarakat setempat, guna lebih memahami penerapan teknologi untuk peningkatan kualitas garam lokal. Apalagi kontribusi garam di NTB 85 persen dari Bima dan 15 persen kota lainnya.

“Kita akan uji coba di Bima yang bekerja sama dengan perguruan tinggi setempat. Paling tidak kita uji coba dahulu. Pengadaan teknologi itu sedang berjalan, berharap agustus bisa dilaksanakan,” imbuhnya.

Sementara untuk produksi garam NTB sepanjang 2021 mencapai 121 ribu ton. Dengan estimasi kebutuhan garam dalam daerah hanya 46 ribu ton per tahun. Baik kebutuhan industri, pangan dan non pangan maupun konsumsi rumah tangga. Masih ada 75 ribu ton garam NTB belum terserap, sedangkan penyerapan garam NTB oleh Industri masih terkendala kualitas.

“Kita upaya diversifikasi ke produk lain termasuk ke spa dan kosmetik, garam konsumsi juga ditambah,” katanya. Apalagi jika berbicara ekspor peluang garam NTB belum masih belum ada. Lantaran terkendala kualitas garam. Mengingat kualitas garam NTB didominasi jenis garam K2 dan K3.

“Belum bisa karena NaCL masih kurang. Masih impor juga, karena lebih murah tapi lebih berkualitas, karena standar industri ada syarat-syaratnya NaCL nya sekian kualitas airnya seperti apa,” jelasnya. (dpi)

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer