Mataram (Inside Lombok) – Badan Pusat Statistik (BPS) NTB mencatat luas panen padi di NTB pada 2022 ini mengalami penurunan sebanyak 6,38 ribu hektare. Penurunan luas panen ini karena terjadi pergeseran puncak panen padi di 2022 dibandingkan dengan 2021.
“Total luas panen padi pada 2022 diperkirakan sebesar 269,83 ribu hektare atau mengalami penurunan sekitar 6,38 ribu hektare atau 2,31 persen, dibandingkan luas panen padi pada 2021 sebesar 276,21 ribu hektare,” ujar Kepala BPS NTB, Wahyudin, Selasa (1/11)
Berdasarkan hasil survei Kerangka Sampel Area (KSA) terjadi pergeseran puncak panen padi pada 2022 dibandingkan 2021. Puncak panen padi 2022 terjadi pada Maret dengan luas panen mencapai 84,41 ribu hektare. Sementara puncak panen padi 2021 terjadi pada April dengan luas panen mencapai 86,86 ribu hektare. Realisasi panen padi sepanjang Januari-September 2022 sebesar 247,25 ribu hektare, atau mengalami penurunan sekitar 5,59 ribu hektare atau 2,21 persen dibandingkan Januari−September 2021 mencapai 252,83 ribu hektare.
“Sementara itu potensi luas panen padi pada Oktober−Desember 2022 diperkirakan sekitar 22,58 ribu hektare. Untuk angka ini masih angka sementara, karena masih ada Oktober, November dan Desember,” terangnya.
Untuk produksi padi di NTB sepanjang Januari−September 2022 diperkirakan sebesar 1,33 juta ton Gabah Kering Giling (GKG), atau mengalami peningkatan sekitar 38,31 ribu ton GKG. Dibandingkan Januari−September 2021 sebesar 1,30 juta ton GKG. Sementara berdasarkan amatan fase tumbuh padi hasil survei KSA padi September 2022, potensi produksi padi sepanjang Oktober−Desember 2022 sebesar 122,22 ribu ton GKG.
“Total produksi padi pada 2022 diperkirakan sebesar 1,46 juta ton GKG, atau mengalami kenaikan sebanyak 37,36 ribu ton GKG dibandingkan 2021 sebesar 1,42 juta ton GKG,” paparnya.
Produksi padi tertinggi pada 2022 terjadi Maret dan pada 2021 terjadi di April. Sedangkan untuk produksi padi terendah di 2022 terjadi di Januari dan produksi padi terendah 2021 terjadi pada Desember. Di mana produksi padi pada Maret 2022 yaitu sebesar 467,69 ribu ton GKG dan produksi padi Januari 2022 sebesar 27,41 ribu ton GKG.
“Kalau kita lihat dari kabupaten/kota ada tiga wilayah dengan total produksi padi (GKG) tertinggi pada 2022 adalah Lombok Tengah, Sumbawa, dan Lombok Timur. Sedangkan potensi produksi padi terendah yaitu Lombok Utara, Kota Mataram, dan Kota Bima,” jelasnya.
Lebih lanjut peningkatan produksi padi yang cukup besar pada 2022 terjadi di beberapa wilayah sentra produksi padi seperti Lombok Tengah, Sumbawa, dan Lombok Barat. Di sisi lain, beberapa kabupaten/kota mengalami penurunan produksi padi yaitu Dompu, Lombok Timur, dan Kota Bima.
Dikatakan jika melihat dari sisi produksi padi dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, maka produksi padi sepanjang Januari−September 2022 diperkirakan setara dengan 760,18 ribu ton beras. Dimana ini mengalami peningkatan sebesar 21,82 ribu ton dibandingkan pada Januari−September 2021 sebesar 738,36 ribu ton.
“Untuk potensi produksi beras sepanjang Oktober−Desember 2022 sebesar 69,61 ribu ton. Dengan total produksi beras 2022 diperkirakan sekitar 829,79 ribu ton atau mengalami kenaikan sebesar 21,28 ribu. Sedangkan 2021 sebesar 808,51 ribu ton,” ucapnya.
Sementara itu produksi beras tertinggi pada 2022 terjadi di Maret, yaitu sebesar 266,37 ribu ton. Kemudian produksi beras terendah diperkirakan terjadi di Januari sebesar 15,61 ribu ton. “Kondisi ini berbeda dengan 2021, di mana produksi beras tertinggi terjadi pada April dan produksi beras terendah terjadi pada Desember 2021,” pungkasnya. (dpi)