Mataram (Inside Lombok) – Menyebarnya informasi penculikan anak belakangan ini memberi rasa khawatir para orang tua dan juga pihak sekolah. Meksi informasi tersebut tidak benar atau hoaks, pihak sekolah diminta untuk tetap melakukan pengawasan yang ketat kepada para peserta didik terutama pada saat pulang sekolah.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Mataram, Yusuf mengatakan sebagian orang tua peserta didik di Kota Mataram bekerja hingga sore hari, sehingga kadang-kadang telat menjemput anaknya. Pihak sekolah diminta untuk mengawasi siswa yang belum dijemput orang tuanya itu.
“Kan banyak yang jadi pegawai, kadang-kadang jemputnya terlalu lama. Itu juga jangan sampai anak pulang sendiri. Jadi harus dikawal oleh pihak sekolah,” katanya, Kamis (2/2) pagi.
Pada jam pulang sekolah, lanjut Yusuf, waktu yang sangat rawan peserta didik pulang sendiri atau bahkan main di pinggir jalan sambil menunggu jemputan. Terutama anak-anak yang masih di sekolah dasar (SD).
Di mana, pada usia tersebut belum bisa menjaga diri sehingga pengawasan lebih ditingkatkan. “Terutama anak SD yang rawan ini. Kita harap peran guru dan sekolah ini hadir untuk memberikan kenyamanan kepada anak dan orang tua,” ungkapnya.
Menurutnya, meski informasi kasus penculikan anak ini tidak benar, harus tetap waspada dan tetap tenang. Orang tua diminta untuk tetap hati-hati, dan ada upaya pencegahan yang mulai dilakukan. “Meksi hoaks kita sikapi positif saja, untuk kehati-hatian orang tua dan sekolah agar tidak terjadi hal seperti itu,” harapnya.
Ia meminta kepada pihak sekolah untuk tetap menutup gerbang sekolah sampai orang tua siswa datang menjemput. Upaya ini dilakukan untuk mencegah siswa bermain di pinggir jalan atau di luar sekolah. Para guru diminta untuk menunggu orang tua siswa datang ke sekolah baru bisa ditinggalkan,” tegasnya.
Ia menceritakan pengalaman saat menjadi guru, sejumlah siswa kadang-kadang telat dijemput oleh orang tua. Karena sudah menjadi tanggung jawab, para guru tidak diizinkan pulang terlebih dahulu hingga orang tuanya datang. “Pas jadi guru itu, ada yang sampai magrib belum dijemput sama orang tuanya. Tapi kan ini tanggung jawab. Ini juga untuk memberikan kenyamanan bagi siswa dan orang tua,” kata Ketua PGRI Provinsi NTB ini. (azm)