33.5 C
Mataram
Selasa, 26 November 2024
BerandaBerita UtamaOptimis Ekonomi NTB Tumbuh 5 Persen, Jika Inflasi Bisa Dijaga

Optimis Ekonomi NTB Tumbuh 5 Persen, Jika Inflasi Bisa Dijaga

Mataram (Inside Lombok) – Pertumbuhan ekonomi NTB pada 2022 ini optimis tumbuh antara 4 atau 6 persen di tengah fluktuasi pertumbuhan ekonomi karena pandemi dan perang Rusia dan Ukraina. Pertumbuhan itu bisa tercapai, dengan catatan inflasi terus terjaga dan tidak ada lonjakan terlalu tinggi.

Pengamatan Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Mataram (Unram), Firmansyah menyebut dari kegiatan internasional yang ada di NTB cukup signifikan untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Namun memang ada jeda yang bisa membuat fluktuasi pertumbuhan ekonomi lantaran pandemi Covid-19 yang belum 100 persen berakhir serta perang Rusia-Ukraina yang masih berlangsung.

Kedua aspek tersebut dikhawatirkan mempengaruhi pelaku pasar sehingga masih memilih wait and see (menunggu dan melihat) dalam melakukan transaksi ekonomi. “Tapi dengan tren kegiatan (event-event di NTB) yang kemarin sukses, saya kira itu bisa menjadi dasar bagi pelaku bisnis. Jadi kita optimis walaupun tidak sepenuhnya kita anggap berkualitas,” jelas Firmansyah saat ditemui di kampusnya, Senin (24/10).

Artinya, hentakan ekonomi global juga akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi daerah. Di mana inflasi masih cukup mengkhawatirkan secara global maupun nasional, hingga hal tersebut butuh penanganan semua unsur, terutama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID). Mengingat inflasi adalah akar dari berbagai persoalan ekonomi.

“Kemiskinan di situ, pengangguran juga di situ, daya beli masyarakat juga. Sehingga berharap ada semacam deteksi dini dari pemangku kebijakan untuk melihat kira-kira inflasi ke depan itu seperti apa, menanggapi ekonomi global yang bergejolak,” terangnya.

Firmansyah memperkirakan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2022 ini masih di posisi antara 6-4 persen. Melihat banyaknya jadwal event internasional maupun nasional yang digelar di NTB, yang bisa menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi menjadi lebih baik.

Dicontohkan seperti penyelenggaraan MotoGP, MXGP, Ironman dan lainnya. Namun pada kondisi perhelatan tersebut yang menjadi catatan bagi NTB adalah biaya akomodasi dan lainnya harus ditekan agar tidak terlalu tinggi.

“Ini yang harus kita tekan kalau masih seperti ini, misalnya harga tiket yang masih mahal itu juga akan mempengaruhi geliat yang sudah ada. jadi ada ruang optimis dan ruang rasional,” ujarnya.

Untuk itu perlu ada penyamaan persepsi antara semua pihak, baik dunia usaha, masyarakat, kampus hingga pemerintah. Karena selama ini masih jalan sendiri-sendiri, harusnya dengan kondisi ekonomi seperti ini semua pihak bisa menyamakan persepsi.

Sementara, sektor yang perlu diperhatikan untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi yakni dua sektor fundamental. Pertama industri perdagangan ditambah dengan sektor hulu seperti pertanian, peternakan, perikanan. Jika hanya sebatas produksi mentahan saja, tentu tidak akan sanggup meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih signifikan. Oleh karena itu sekarang bagaimana membangun jembatan antara stakeholder seperti Dinas Perdagangan, Dinas Perindustrian dan lain-lain.

“Jadi kalau ada jembatan seperti ini kan baru kita bicara pengembangan ekonomi berkualitas, kewirausahaan dan seterusnya. Kita merasakan situasi ekonomi yang tidak menentu tapi dengan adanya upaya untuk meningkatkan kapasitas ekonomi lokal, saya kira masih ada peluang untuk kita bertahan,” tuturnya.

Kemudian sektor tambang juga masih mendominasi. Namun belum memiliki taring yang cukup tajam lantaran pembangunan smelter di NTB sendiri terus diundur, dan rencananya baru akan mulai 2024 mendatang, melihat kondisi ekonomi Eropa yang menurun sehingga belum bisa dimulai dalam dekat ini pembangunannya.

Hal tersebut diakui menjadi salah satu kendala untuk pertumbuhan ekonomi, terutama di NTB. “Jadi ruang-ruang investasi juga tengah wait and see pelaku usaha. Oleh karena itu kita orang daerah harus mulai memetakan peluang dan kelemahannya untuk mengupgradenya,” pungkas Firmansyah. (dpi)

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer