Mataram (Inside Lombok) – Pengiriman komoditi seperti kopi, minyak kayu putih, hingga gula di sekitar wilayah Dompu ke beberapa daerah tidak lagi melalui Pelabuhan Lembar. Mulai Mei 2023 mendatang Pelabuhan Calabai siap beroperasional untuk penyeberangan langsung dari Dompu ke Pelabuhan Tanjung Perak.
Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) NTB, Baiq Nelly Yuniarti mengatakan beberapa waktu lalu pihaknya melakukan pertemuan di Bali membahas masuknya Pelabuhan Calabai Dompu dalam agenda tol laut P13.
“Mei besok Calabai masuk (program tol laut pemerintah). Nanti Tanjung Perak langsung ke Rote, langsung ke Maluku baru Calabai terakhir langsung ke Tanjung Perak,” ujar Nelly, Jumat (10/2).
Selama ini pengiriman yang dilakukan oleh distributor dari Dompu diakui membutuhkan waktu berjam-jam untuk bisa mencapai ke Bima ataupun Sumbawa. Sehingga mereka harus mengeluarkan biaya lebih banyak lagi.
“Sekarang alhamdulillah dia punya pelabuhan sendiri. Jadi komoditi kita yang ada di Calabai seperti gula, minyak kayu putih, kopi, jagung bisa langsung terangkut sehingga biaya distribusi lebih murah, itu yang kita kejar,” terangnya.
Apalagi ada subsidi tol laut ini sehingga pengusaha yang ada di sana bisa lebih ringan menjual komoditinya. “Jadi mereka punya jalur sendiri, waktu sendiri, itu teknisnya ada di Kementerian Perhubungan bahkan dia dihubungkan dengan aplikasi,” tuturnya.
Nanti untuk kapal yang akan mengangkut sejumlah komoditi tersebut tidak dilakukan setiap hari. Tetapi ada jadwal khusus untuk kedatangan dan keberangkatan kapal pengakut. “Dia ada jadwal khusus nanti kapan datang dan berangkatnya melalui Pelabuhan Calabai itu,” ucapnya.
Sementara pada saat rapat di Bali kemarin memang ada evaluasi pelaksanaan tol laut. Untuk NTB dalam kondisi baik, karena ada beberapa titik pelabuhan di provinsi lain yang sudah ditentukan oleh tol laut, ternyata tidak berjalan baik. Sehingga mereka dicabut jadi tidak ada lagi jalurnya.
“Untuk pelabuhan Bima dan Sumbawa yang sudah kita lakukan kemarin itu, Alhamdulillah bagus. Jadi distribusi alur datang dan baliknya itu ada walaupun belum maksimal,” bebernya.
Dikatakan belum maksimal atau belum optimalnya dua pelabuhan yang ada di NTB ini, kemungkinan karena kurangnya sosialisasi kepada para pengusaha dengan adanya fasilitas pengangkutan barang melalui titik-titik pelabuhan yang ditentukan tol laut.
“Itu kemarin kita koordinasikan dengan Kementerian Perhubungan supaya agak lebih mudah. Ternyata ada aplikasi khusus namanya si tol laut, nah itu kan belum tentu semua pedagang kita paham. Padahal mereka butuh fasilitas itu, makanya ini perlu sosialisasikan,” imbuhnya. (dpi)