Lombok Timur (Inside Lombok) – Petani garam di Desa Pijot, Kecamatan Keruak, Kabupaten Lombok Timur (Lotim) sejak mewabahnya Pandemi Covid-19, penghasilan yang diraup dari penjualan garam menurun drastis.
Salah seorang petani garam, Aminah mengatakan, harga garam sejak masa Pandemi Covid-19 ini menurun tapi tidak terlalu drastis. Memasuki Bulan Agustus pendapatan yang diraup para petani menurun drastis dari bulan sebelumnya.
“Sebelum Pandemi, kita menjual garam dengan harga berkisar Rp80.000 hingga Rp150.000 per 10 kilogram. Akan tetapi jarang orang yang mau beli dengan harga tertingginya, sehingga terkadang kita menjual eceran per kilogram,”ucapnya saat ditemui Inside Lombok, Senin (19/10/2020).
Dikatakan Aminah, pada saat memasuki masa Pandemi, terlebih saat memasuki Bulan Agustus pendapatan para petani garam sangat turun drastis. Para petani garam banting harga penjualan seharga Rp20.000 per 10 kilogram. Petani juga menjual garam dalam bentuk eceran dengan harga Rp3000 per kilogram, yang semula dijual seharga Rp9000 per kilo.
” Selain Pandemi, faktor turun drastisnya harga garam juga akibat tidak adanya pengiriman ke luar daerah,”tuturnya.
Panen yang begitu melimpah dari para petani garam, sementara untuk pengiriman ke luar daerah tidak ada. Membuat para petani garam mau tidak mau harus membanting harga demi meraup rupiah.
“Panen melimpah tapi pemasarannya tidak ada, sehingga kami memutuskan untuk berjualan di pinggir jalan,” ucapnya.
Aminah berharap adanya perhatian pemerintah daerah untuk membantu para petani garam, terlebih pada situasi seperti saat ini di tengah Pandemi.
“Kita berharap adanya bantuan stimulan dari pemerintah daerah,” harapnya.