26.5 C
Mataram
Minggu, 19 Mei 2024
BerandaBerita UtamaPengelolaan Sampah dengan Maggot di Mataram Jadi Daya Tarik Penelitian Luar Negeri

Pengelolaan Sampah dengan Maggot di Mataram Jadi Daya Tarik Penelitian Luar Negeri

Mataram (Inside Lombok) – Pengelolaan sampah yang dilakukan di Kota Mataram dinilai sudah bagus. Sistem pengelolaan ini menarik perhatian tim peneliti dari United Cities and Local Governments Asia Pacific (UCLG ASPAC) untuk melihat pengolahan sampah salah satunya dengan mengembangkan budidaya maggot.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram, H. M. Kemal Islam mengatakan dari hasil penelitian yang akan dilakukan nantinya dituangkan dalam bentuk program. Program-program tersebut diajukan kepada para donatur untuk dikembangkan dan bisa membantu Kota Mataram untuk pengolahan sampah secara maksimal.

“Ini dari Swiss dan Belgia. Ini nanti ada rekomendasi banyak dari hasil penelitiannya dia,” katanya Selasa (21/2) pagi.

Penelitian yang dilakukan di Kota Mataram bukan pertama kali. Namun sudah dilakukan oleh sejumlah tim. Kerjasama Pemkot Mataram dengan dua negara tersebut sudah dilakukan sejak tahun 2000 silam. Selama kerjasama yang sudah dilakukan, Kota Mataram disebut sebagai daerah dengan pengendalian perubahan iklim cukup bagus salah satunya dengan pengelolaan sampah yang paling baik di Indonesia Timur.

- Advertisement -

“Ini tim yang lain lagi dan hasilnya akan dipadukan nanti. Kita juga masih mempertahankan pohon-pohon besar di Kota Mataram,” ujarnya.

Kedatangannya ke Kota Mataram kali ini, langsung mengunjungi Mataram Maggot Center (MMC) yang ada di Kebon Talo, Ampenan. Di lokasi tersebut, DLH Kota Mataram mengembangkan maggot hingga 5.000 kilogram (kg) per bulan.

“Sudah berjalan. Kita di sana target kita 1.000 kg per bulan atau 10 ton. Kapasitas yang ada saat ini baru ada 5.000 kg. Kita sedang membuat rak-rak magot untuk dengan kapasitas 5.000 kg per bulan dengan dua kali masa panen,” ungkapnya.

Dalam sehari, jumlah sampah yang dibutuhkan sebagai bahan makanan maggot sebanyak 3 ton dari 15 ton yang dipilah. “Tapi ini tergantung dari sampah rumah yang terbuang. Kalau sedikit berarti sedikit makanan maggot-nya,” kata Kemal.

Dalam sehari jumlah magot yang bisa diproduksi yaitu sebanyak 100 kg. Maggot yang dihasilkan selama ini dijual ke para pembudidaya ikan. Penggunaan maggot maka pembudidaya akan lebih hemat sebesar 50 persen dengan pakan yang lain.

“Kita pasarkan ke kelompok perikanan di Kota Mataram. Supaya mereka bisa mengurangi biaya produksi terutama dari biaya pakan,” tutupnya. (azm)

- Advertisement -

Berita Populer