28.5 C
Mataram
Minggu, 24 November 2024
BerandaBerita UtamaPenuh Kehangatan, Tradisi Menyalakan Dile Siyu Saat Bulan Ramadan di Kediri

Penuh Kehangatan, Tradisi Menyalakan Dile Siyu Saat Bulan Ramadan di Kediri

Lombok Barat (Inside Lombok) – Ada beragam tradisi unik saat Ramadan yang hingga kini masih tetap dilestarikan oleh warga. Mereka masih memegang teguh peninggalan nenek moyang. Salah satunya ritual menyalakan dan menanam ribuan obor atau yang dikenal dengan “dile siyu atau dile jojor” yang dilakukan secara bersamaan bagi warga Lombok Barat.

Warga Dusun Dasan Tebu, Desa Ombe Baru, Kecamatan Kediri pun berama-ramai menyalakan dile siyu itu di sepanjang kuburan sanak saudara mereka. Hal itu diakuinya sebagai salah satu rangkaian dalam memperingati malam Nuzulul Qur’an dan Lailatul Qadar pada 10 malam terakhir di bulan Ramadan.

“Tujuan penanam dile siyu di sini sebenarnya itu untuk mencerminkan malam Lailatul Qadar atau malam seribu bulan. Jadi diaplikasikan dengan menanam lampu seribu” kata Haerul, salah seorang warga yang turut menyalakan dile siyu pada Minggu malam (02/05/2021).

Kendati zaman sudah dikatakan kian modern, tetapi antusias warga sekitar untuk melanjutkan tradisi itu tidak pernah pudar. Bahkan mereka tetap beramai-ramai bersama sanak saudaranya penuh kebersamaan dan kehangatan saling membantu menyalakan dile siyu tersebut dengan raut wajah bahagia.

Pemilihan kuburan sebagai salah satu lokasi menyalakan dan menanam dile siyu di dusun itu pun diakuinya sebagai bentuk meneruskan tradisi orang-orang terdahulu. Serta untuk mengenang mereka yang sudah lebih dulu meninggalkan dunia ini.

“Tapi ini tidak hanya di kuburan saja, tetapi juga di sepanjang jalan, semua rumah dan semua tempat yang biasa kami datangi kami taruhkan dile siyu” tutur Ridwan, salah seorang warga setempat.

“Begitupun di kuburan, masing-masing keluarga akan menanam dile siyu ini di makan keluarganya yang sudah meninggal” imbuhnya.

Dalam ritual itu, tak luput juga do’a dan harapan disampaikan mereka supaya pandemi covid-19 yang melanda negeri ini bisa segera berlalu. Sehingga semua sendi kehidupan masyarakat dapat normal kembali seperti sedia kala.

“Itu salah satu doa dan harapan terbesar kami pada momen 10 malam terakhir di bulan Ramadan ini, supaya semua bisa segera normal kembali” harapnya.

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer