Mataram (Inside Lombok) – Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Barat, memulangkan 24 mahasiswa peserta demonstrasi yang diamankan dalam unjuk rasa depan Gedung DPRD Senin (30/9) lalu, ke pihak keluarga.
Direktur Reskrimum Polda NTB Kombes Pol Kristiaji di Mataram, Rabu, mengatakan, seluruh mahasiswa yang diamankan dalam unjuk rasa dipulangkan ke pihak keluarga setelah proses permintaan keterangan selesai.
“Jadi hari ini semua kita pulangkan dan serahkan ke pihak kampus masing-masing serta orang tuanya. Termasuk dua warga yang ikut kita amankan malam itu,” kata Kristiaji.
Namun, proses hukum dari pengamanan 26 mahasiswa dan warga ini masih akan terus berlanjut. Karenanya dikatakan bahwa mereka semua masih berstatus sebagai saksi yang bermasalah dalam Pasal 212 KUHP tentang kerusuhan.
“Jadi masih akan ada proses pemeriksaan lanjutan. Begitu juga warga yang diamankan pakai jaket almamater milik Unram, apa yang jadi motivasinya sampai ikut melakukan pelemparan batu, akan kita kembangkan,” ucapnya.
Dalam pengamanannya, dikatakan bahwa pihak kepolisian di lapangan turut mengamankan barang bukti yang menguatkan peran mereka sebagai pelaku anarkis. Barang bukti itu, jelasnya, berupa batu-batu yang ditemukan dalam tas ransel.
“Termasuk rekaman video yang tersebar dan juga jaket almamater itu, dari bahasanya yang bawa, dia mengaku dikasih pinjam, ya ini semua akan kita urutkan kembali,” ujarnya.
Lebih lanjut, penyerahan mahasiswa kepada pihak keluarga ini juga mendapatkan perhatian dari pihak kampusnya. Hal itu terlihat dari perwakilan dosen dan pejabat kampus yang hadir di Mapolda NTB.
Muhammad Natsir, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni dari Unram, pada kesempatannya di hadapan wartawan mengucapkan terima kasih kepada pihak kepolisian yang telah mengembalikan seluruh mahasiswa ke pihak keluarga dan juga kampus.
“Sore ini bahagia rasanya kami menerima kembali anak-anak kami untuk bisa kembali melanjutkan proses belajar-mengajar di kampus,” kata Natsir yang sekaligus mewakili universitas lainnya.
Dalam prosesnya dikatakan, pihak Polda NTB sudah melaksanakan tugasnya dengan profesional. Mulai dari proses permintaan keterangan di Polda NTB, sampai pemulangannya.
“Tidak ada penyiksaan, tidak ada kekerasan, dan saya sudah monitor ini sejak awal, tidak ada terjadi apa-apa, hanya dimintai keterangan,” ujarnya.
Namun demikian, Natsir yang mewakili seluruh pihak kampus berharap permasalahan ini menjadi pembelajaran berharga, khususnya bagi mahasiswa dalam bersikap.
“Jadi ini pembelajaran untuk kita semua, bagaimana cara membina generasi muda yang cerdas dan intelektual. Jadi ini sudah menjadi tanggung jawab semua pihak,” katanya.
Dalam menyampaikan aspirasi, kata dia, sudah seharusnya mahasiswa sebagai kaum intelektual bangsa, tetap menjaga etika, sopan santun dan tutur kata yang menggambarkan sosok masyarakat terdidik.
Natsir juga sangat menyayangkan adanya warga yang menggunakan identitas Unram untuk aksi anarkis dalam unjuk rasa yang berlangsung hingga Senin (30/9) malam itu.
“Jadi ini yang saya sesalkan, ini sudah membuat nama Unram tercoreng. Ada yang meminjam jaket Unram untuk dipakai dalam aksi tersebut, padahal dia bukan bagian dari mereka,” ucapnya. (Ant)