Mataram (Inside Lombok) – Program bayi tabung di RSUD Kota Mataram akan mulai direalisasikan pada bulan Juni 2024 mendatang. Saat ini, rumah sakit milik Pemerintah Kota (Pemkot) Mataram itu sedang mempersiapkan fasilitas dan sumber daya manusia (SDM).
“Kemungkinan akan running bulan 6 (Juni, Red), karena laboratorium itu harus diuji coba dulu. Ini harus benar-benar dan tidak main-main,” kata Direktur RSUD Kota Mataram, Eka Nurhayati, Rabu (20/3) siang.
Ia mengatakan, semua persiapan dipastikan rampung pada April mendatang. Setelah itu, pihak rumah sakit akan melakukan uji coba selama dua bulan dan pada bulan Juni sudah mulai direalisasikan untuk masyarakat umum. “Juni kita sudah menerima dan melakukan kegiatan itu (bayi tabung, Red),” katanya.
Sebelum merealisasikan program bayi tabung, pihak rumah sakit nantinya akan menggelar seminar. Seminar tersebut untuk memberitahukan kepada masyarakat tentang program atau pelayanan baru di RSUD Kota Mataram. “Nanti kita akan seminar dulu. Menginformasikan bahwa kita sudah memiliki laboratorium bayi tabung,” ujarnya.
Disebutkan, fasilitas gedung sudah disiapkan di bagian UGD yang akan menjadi gedung terpadu layanan ibu dan anak. Selain itu, dalam satu gedung itu terdapat poliklinik anak, ruang bersalin, nifas, termasuk untuk pelayanan bayi tabung.
Karena saat ini, sudah ada pasien yang akan melakukan program bayi tabung di RSUD Kota Mataram. Untuk biaya yang harus disiapkan masyarakat yaitu sekitar Rp50 hingga Rp100 juta. “Untuk biaya itu antara Rp500 – 100 juta. Tergantung usia, penyakit dan tergantung kelainan yang terjadi,” katanya.
Sedangkan untuk angka keberhasilannya yaitu sekitar 40 persen. Karena keberhasilan ini nantinya tergantung dari kondisi pasien. “Nanti kita bisa improv dengan persiapan sebelum dilakukan bayi tabung itu,” katanya.
Menurutnya usia pasien sangat mempengaruhi keberhasilan program bayi tabung. Disebutkan usia diatas 35 tahun cadangan sel telur sudah menurun dan mempengaruhi keberhasilan. “Apalagi penyakit itu menurunkan angka keberhasilan juga,” katanya.
Program bayi tabung ini lanjut Eka baru pertama kalinya di NTB. Program ini direalisasikan karena banyaknya masyarakat yang memprogramkan bayi tabung ke luar daerah. “Ini kebutuhan masyarakat. Dan kita juga tidak mau PAD kita keluar daerah. Selama ini pasien saya, saya rujuk keluar,” ungkapnya.
Selain itu, dengan adanya program bayi tabung di dalam daerah maka akan mengurangi biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien. Jika melakukan program bayi tabung di dalam daerah, maka bisa bolak balik tidak harus mencari penginapan. “Kalau di luar daerah itu mereka harus tinggal di sana minimal tiga bulan. Itu kan meninggalkan pekerjaan, keluarga,” katanya.
Untuk prosesnya sendiri jelas ketua Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) NTB ini, sekitar tiga bulan dan tergantung pasien. Sampai bisa hamil, pihak rumah sakit harus melakukan screening terlebih dahulu. “Sampai dia hamil itu screening dulu dan tidak dikasih pulang dulu,” jelasnya. (azm)