Lombok Timur (Inside Lombok) – Seorang gadis berusia 15 tahun inisial J asal Desa Dasan Lekong, Kecamatan Sukamulia, Lombok Timur (Lotim) menghembuskan nafas terakhirnya pada Minggu 30 Oktober 2022 lalu. Atas meninggalnya gadis tersebut, belakangan tersiar kabar di media sosial bahwa faktor penyebab kematiannya adalah akibat perundungan yang dilakukan oleh teman-temannya di sekolah.
Dalam video berdurasi 23 detik yang tersebar memperlihatkan adanya keributan antara J yang dikerumuni oleh teman-temannya. Selain itu, J sempat membuat catatan di telepon genggam miliknya yang belakangan viral di media sosial.
Catatan tersebut ditulis J pada 16 Agustus 2022 lalu, di mana ia menulis keluh kesahnya setelah mendapatkan perundungan dari teman-temannya. Video yang beredar saat ini pun diketahui merupakan peristiwa pada 4 Agustus 2022 lalu.
J sendiri sebelumnya tengah menempuh pendidikan kelas sembilan di salah satu SMP di Lombok Timur. Di mana ia merupakan anak tunggal. Namun sedari kecil ia tinggal bersama nenek dan ayahnya, lantaran ayah dan ibunya sudah berpisah sejak J masih kecil.
Paman J sebagai perwakilan keluarga menuturkan bahwa keponakannya adalah anak yang tertutup, sehingga ia tidak mengetahui apa saja yang menimpa keponakannya itu. Bahkan ia mengaku sering melihat J pulang sekolah dalam keadaan murung dan bersedih.
“Beberapa bulan ia selalu pulang dengan keadaan murung. Kita sering menanyakan apa yang terjadi, tapi anak itu tertutup sekali, sehingga kita sulit mendapatkan informasi,” ujar paman J, Rabu (09/11).
Diceritakan, pada 28 Oktober 2022, J jatuh sakit dengan darah yang keluar dari hidung dan mengalami muntah darah. Ia pun harus dilarikan ke puskesmas untuk mendapatkan perawatan. Namun kondisinya yang begitu lemah membuat J dirujuk ke RSUD R Soedjono Selong. Setelah satu hari menjalani perawatan, J pun harus menghembuskan napas terakhirnya.
“Saya dapat informasi dari teman kelasnya bahwa J pernah dikeroyok, sehingga saya tanyakan hal itu sehari sebelum ia meninggal. Namun ia tidak mengaku, setelah empat kali saya tanyakan barulah ia mengaku,” ungkap paman J.
Meninggalnya J sendiri dari hasil keterangan dokter lantaran mengalami kelumpuhan batang otak. Adapun video yang viral di media sosial baru diketahui oleh pihak keluarga saat malam tahlilan, yang kemudian menimbulkan rasa keberatan pada keluarga J.
“Itu kita keberatan dan melaporkannya ke Polres Lotim. Namun kita tidak punya bukti. Akhirnya kami diminta untuk membongkar kuburan untuk autopsi, tapi bapaknya tidak mau,” jelas paman J. Karena pihak keluarga tidak bersedia untuk membongkar kuburan J, maka pihak keluarga menerima hal tersebut sebagai bagian dari takdir dan berdamai dengan situasi tersebut.
Terpisah, Kepala Sekolah J mengaku bahwa peristiwa dalam video yang viral tersebut jauh sebelum muridnya meninggal, yakni sekitar 2 bulan lamanya. Pihak sekolah pun telah memediasi J dengan para siswi terduga pelaku perundungan sekitar satu minggu setelah video tersebut diketahui.
“Kita sudah mediasi mereka di ruang BP dan mereka sepakat berdamai, bahkan mereka saling rangkul di sana,” ujar Kepala Sekolah.
Setelah dilakukan mediasi oleh pihak sekolah, aktivitas sekolah tempat J mengenyam pendidikan dikatakan berjalan dengan normal dan tetap dalam pantauan para guru. J pun disebutnya sering diajak ngobrol oleh para guru untuk mengetahui kondisinya.
“Kita terus pantau dan kondisinya berjalan normal,” terangnya. Diterangkan, video perundungan yang beredar tersebut terjadi di luar sekolah, tepatnya sepulang anak-anak dari sekolah, sehingga kejadian tersebut tidak diketahui oleh pihak sekolah di mana lokasi persis kejadiannya.
Meski begitu, dari video tersebut pihak sekolah terus meningkatkan pemantauan dan memberikan pemahaman bahaya perundungan di sekolah. Adapun pihak sekolah berharap agar kejadian tersebut tidak terulang kembali, sehingga pihak sekolah juga meminta kepada pihak kepolisian dan LPA untuk bersama-sama memberikan pembinaan kepada para terduga pelaku perundungan di sekolah tersebut. (den)