26.5 C
Mataram
Sabtu, 4 Mei 2024
BerandaBerita UtamaRelasi, Upaya Menjaga Literasi Anak di Masa Pandemi Covid-19

Relasi, Upaya Menjaga Literasi Anak di Masa Pandemi Covid-19

Lombok Tengah (Inside Lombok) – Kemampuan literasi anak-anak di masa pandemi Covid-19 dinilai menurun. Pasalnya, anak-anak khususnya kelas sekolah dasar tidak bisa belajar secara efektif seperti saat sebelum pandemi.

Bahkan, sebelum pandemi banyak anak-anak yang belum bisa membaca dan menulis. Dan kondisinya semakin terpuruk saat pandemi melanda.

“Sebelum pandemi banyak anak-anak kelas 1-3 SD belum lancar membaca. Dan setelah pandemi kondisinya semakin terperosok. Anak-anak tidak bisa sekolah dan orang tua tidak maksimal mengajar,” kata kepala Bidang Program Konsorsium NTB Membaca (KNTBM) Azhar Zaini saat kegiatan monitoring literasi di masa pandemi Covid-19 yang dilaksanakan di lembaga Education Community yang ada di desa Pengenjek akhir pekan lalu.

Melihat kondisi ini, KNTBM bersama Asosiasi Dosen Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) NTB dengan fasilitasi INOVASI NTB menggalakkan upaya kampanye literasi melalui program Relawan Literasi (Relasi).

- Advertisement -

Program ini diharapkan dapat menjawab berbagai tantangan yang dihadapi dalam proses pembelajaran jarak jauh selama pandemi Covid-19. “Di mana kualitas pembelajaran siswa cenderung menurun, dan siswa yang kurang beruntung mengalami tingkat kehilangan pembelajaran yang lebih besar,” ujarnya.

Program ini mendorong keterlibatan berbagai pihak seperti Mahasiswa, LPTK, Taman Bacaan Masyarakat (TBM), LSM, Pemerintah Desa, lembaga sosial dan komunitas lainnya untuk terus berupaya menghidupkan aktivitas literasi masyarakat ditengah pandemi.

Dari hasil evaluasi yang dilakukan di desa Pengenjek, dapat disimpulkan bahwa keberadaan Relasi tersebut mampu membantu anak-anak di dalam berliterasi. Salah satu Relasi, Ela dalam kesempatan itu mengatakan, anak didiknya yang berjumlah sekitar 10 anak saat ini sudah bisa mengeja kalimat dari kondisi sebelumnya yang tidak bisa membaca. Meski di satu sisi, diakui bahwa banyak kendala yang dihadapi di dalam membantu anak-anak meningkatkan literasinya.

“Tantangan yang saya hadapi seperti dominasi orang tua. Saat anak-anak diajar orang tuanya ikut mengajar dan sering memarahi anaknya kalau tidak bisa,” ujarnya. Meski demikian, hal itu saat ini sudah bisa diatasi dengan memberikan pemahaman kepada para orang tua.

Sementara itu, Kepala Desa Pengenjek, Haerudin yang hadir dalam kesempatan itu mengatakan, pihaknya telah mendukung upaya peningkatan literasi ini dengan membuat stand atau pameran buku-buku yang bisa meningkatkan gairah baca masyarakat.

“Mereka juga kita berikan hadiah bagi yang bisa menjawab soal yang ada di buku,” katanya.

Akan tetapi, System and Policy Coordinator INOVASI NTB Jamarudin mengharapkan agar ke depan pemerintah desa bisa membantu di dalam pendataan anak-anak yang memiliki masalah dan tantangan di dalam literasi ini. Pasalnya, anak-anak yang belum bisa membaca dan menulis tersebut akan semakin kesulitan di dalam mendapatkan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang.

“Anak-anak khususnya kelas 1-3 SD itu bisa didata mana yang mengalami kesulitan di dalam membaca dan menulis. Sehingga bisa lebih fokus di dalam melakukan bimbingan,” ujarnya.

Disebutkan, sedikitnya ada tujuh lembaga pendidikan yang ada di desa Pengenjek. Kalau ada data terkait anak-anak yang mengalami kesulitan literasi di lembaga pendidikan tersebut maka akan lebih mudah untuk diatasi.

Bahkan, dia berharap agar pemerintah desa bisa menyisihkan anggaran untuk menambah jumlah Relasi di desa Pengenjek agar persoalan literasi anak-anak di desa tersebut lebih cepat teratasi. Saat ini, jumlah Relasi di desa tersebut baru sekitar empat orang di bawah lembaga Education Community.

“Dengan lebih banyak Relasi maka akan lebih banyak yang membantu. Bisa berdayakan dan latih remaja masjid. Sehingga di sini lebih banyak relawan,” katanya.

Adapun untuk program Relasi yang dibentuk KNTBM bersama LPTK dan INOVASI NTB saat ini telah memasuki tahun kedua. Di mana pada tahun ini terdapat 27 lembaga yang terlibat terdiri dari LPTK dan CSO.

Di mana lembaga-lembaga tersebut mengirimkan relawannya untuk mendapat pembekalan bagaimana melakukan pendampingan pembelajaran terutama bagi anak-anak yang kebanyakan tidak dapat dijangkau oleh guru selama pandemi Covid-19.

Azhar Zaini menambahkan, sebelum melakukan pendampingan para relawan dibekali dengan berbagai materi utama seperti kesukarelawanan, berkomunikasi dengan guru dan orang tua, penilaian formatif, pembelajaran sesuai level membaca siswa dan identifikasi kesulitan belajar siswa.

Selain itu, selama proses pendampingan, relawan juga didukung dengan literasi kits berupa alat peraga seperti kartu kata, kartu huruf, alat tulis, poster kampanye literasi, buku cerita anak, materi dalam bentuk cetak maupun digital.

“Dukungan tersebut telah didistribusikan melalui masing-masing lembaga untuk mendukung proses pembelajaran yang lebih baik dan menyenangkan,” jelasnya. (irs)

- Advertisement -

Berita Populer