Mataram (Inside Lombok) – Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, mengoptimalkan ruang unit gawat darurat (UGD) untuk menampung pasien rawat inap dengan mengatur shift yang ada, sebagai satu solusi menangani kekurangan ruang rawat inap.
“Kondisi itu menjadi salah satu solusi kita sementara guna memenuhi kekurangan ruang rawat inap,” kata Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Mataram dr H Lalu Herman Mahaputra di Mataram, Minggu.
Pernyataan itu disampaikan menyikapi tertundanya proses pinjaman dari PT Multi Sarana Infrastruktur (SMI) guna perluasan gedung rawat inap sebesar Rp118 miliar, karena berbagai kesiapan administrasi belum rampung.
Direktur RSUD Kota Mataram dr Jack begitu dia akrab disapa mengatakan, keberadaan tambahan ruang rawat inap tersebut sangat dibutuhkan. Apalagi RSUD Mataram sudah berstatus tipe B, namun masih memiliki kekurangan tempat tidur (bed).
Idealnya rumah sakit dengan tipe B, harus memiliki 400-500 tempat tidur, namun di RSUD Mataram baru memiliki sekitar 232 tempat tidur. Akibatnya, terjadi antrean panjang terhadap pasien rawat inap yang dititip di UGD, bahkan di luar.
“Selama ini, antrean pasien rawat inap kita titip di ruang UGD pada zona kuning. Begitu ada tempat tidur kosong barulah pasien dipindahkan ke ruang rawat inap,” katanya.
Terhadap tidak direalisasikannya pinjaman tersebut, dr Jack mengaku kecewa dan itu manusiawi. Oleh karena itu, pihaknya berharap tahun depan ada anggaran yang dialokasikan secara bertahap untuk memenuhi kekurangan ruang rawat inap tersebut.
“Kalau ada sisa anggaran misalnya Rp10 miliar atau berapa pun, kita bisa mulai membangun sebab konsep dan lahannya sudah siap,” katanya.
Untuk mengusulkan pinjaman, katanya lagi, harus menunggu wali kota yang baru sebab pinjaman dan pembayarannya mengikuti masa jabatan kepala daerah.
“Lahan yang sudah dibebaskan sekitar 40 are, untuk tambahan ruang rawat inap sementara waktu kita gunakan untuk areal parkir, sembari menunggu anggaran pembangunan,” katanya. (Ant)