29.5 C
Mataram
Sabtu, 4 Mei 2024
BerandaBerita UtamaTekan Harga Bahan Pangan, Rantai Pasok Perlu Dibenahi

Tekan Harga Bahan Pangan, Rantai Pasok Perlu Dibenahi

Mataram (Inside Lombok) – Tingginya sejumlah bahan pangan belakangan ini menjadi penyebab beberapa kebutuhan pokok mengalami kenaikan cukup tinggi. Meskipun harga bahan pangan di pasar tinggi, tetapi di tingkat petani justru hanya meraup keuntungan kecil. Lantaran masih panjangnya rantai pasokan sehingga membuat harga mengalami kenaikan.

Pengamat ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram (Unram) Iwan Harsono menyebut di satu sisi kenaikan harga pangan bisa berdampak positif, khususnya bagi petani. Hanya saja ketika komoditas cabai rawit naik hingga Rp100 ribu per kilogram (kg) di pasar, sedangkan di tingkat petani hanya Rp50 ribu. Artinya rantai pasokan pajang dari petani hingga ke pasar belum memberikan dampak positif yang maksimal.

“Jadi paling penting adalah urusan mensejahterakan petani, pertama kurangi rantai pasokan, rantai distribusi dan kedua pada saat musim tanam disediakan saprodi yang murah untuk petani,” jelas Iwan Harsono, Selasa (19/7).

Iwan menyebutkan selama ini ketika memasuki bulan tanam, para petani dibayangi dengan harga pupuk yang tinggi dan kondisi tersebut berulang-ulang setiap musim tanam. Kendati ketik masa panen tidak menjadi persoalan harga pangan tinggi di petani. Tetapi di konsumen juga tidak terlalu tinggi dengan cara memotong rantai pasok. Pasalnya, jika rantai pasoknya hanya berputar disitu saja akibatnya harga tinggi.

- Advertisement -

“Selama ini hasil panen petani itu kemudian ke desa ada pedagang, baru pedagang l yang bawa ke pengumpul maupun pengecer. Jadi ada 3-4 rantainya. Kasihan ini sebenarnya,” terangnya.

Saat ini harus difokuskan adalah peningkatan pendapatan dan penekanan harga. Oleh karena itu dikatakan ada peningkatan kinerja sektor pertanian. Jika saja harga masih belum bisa ditekan, maka akan ada potensi inflasi. Mengingat pada data terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) inflasi gabung NTB mengalami kenaikan. Mungkin saja NTB juga dapat menerapkan penekan harga pada bahan pangan.

“Jika melihat di Malaysia itu, kalau inflasi tinggi ada undang-undang anti kenaikan harga. Jadi keuntungan itu pada batas-batas yang wajar, orang-orang jangan berlebih-lebihan. Sedangkan di Indonesia, terutama NTB sudah menerapkan batas atas dan batas bawah untuk harga tiket pesawat,” jelasnya. (dpi)

- Advertisement -

Berita Populer