Mataram (Inside Lombok) – Penambahan bumbu atau yang biasa disebut saus pada rokok adalah salah satu kunci meningkatkan kualitas pengolahan tembakau di NTB. Terlebih industri rokok sendiri semakin meningkat, terlihat dari pertumbuhan IKM pengolahan tembakau yang memproduksi olahan tembakau untuk rokok, mulai dari tembakau iris sampai dengan sigaret kretek tangan (SKT).
Sayangnya, pemenuhan kebutuhan saus yang memberikan cita-rasa maupun aroma pada rokok itu saat ini masih banyak dikirim dari luar daerah seperti Pulau Jawa. Padahal, NTB memiliki sumber daya yang cukup untuk membuat saus rokok khas sendiri untuk digunakan pelaku IKM olahan tembakau.
Kepala Dinas Perindustrian NTB, Nuryanti menyebut penyediaan saus rokok untuk industri olahan tembakau itu menjadi salah satu perhatian pihaknya. Untuk itu telah dilakukan juga bimtek yang menyasar berbagai kalangan dengan harapan NTB bisa menghasilkan saus rokok khas-nya sendiri.
“Harapannya nanti masyarakat kita di NTB bisa membuat saus sendiri dan bisa dipasarkan nanti ke IKM-IKM rokok, yang utama saus kita nanti bisa rendah nikotin dan tar supaya tidak terlalu merusak,” ujarnya.
Dalam pembuatan ekstrak dan saus rokok bisa digunakan beberapa bahan rempah-rempah. Antara lain cengkeh, kapulaga, daun kayu putih, sampai daun cengkeh. Dosen Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri (FATEPA) Unram, Dr. Murad yang sempat menjadi pemandu bimtek tersebut menjelaskan ekstrak alami minyak atsiri juga bisa dijadikan bahan pokok dari pembuatan saus rokok.
Metode yang digunakan untuk mengekstrak minyak atsiri adalah metode destilasi menggunakan alat destilator atau penyulingan. Beberapa jenis metode penyulingan antara lain dengan cara perebusan bahan, pengukusan bahan, dan dengan cara melarutkan menggunakan pelarut.
Menurut Murad, potensi pasar dari minyak atsiri mulai dari pasar lokal hingga mancanegara. “Minyak atsiri tidak hanya untuk saus rokok saja, tetapi minyak atsiri sangat dibutuhkan untuk industri lainnya dan pasarnya nanti bisa ekspor ke negara lain,” terangnya. (r)