28.5 C
Mataram
Selasa, 26 November 2024
BerandaBerita UtamaTrash Trap Labuhan Haji vs Berton-ton Sampah Sungai

Trash Trap Labuhan Haji vs Berton-ton Sampah Sungai

Lombok Timur (Inside Lombok) – Membahas tentang Pantai Labuhan Haji tentunya tidak terlepas dari pikiran bahwa pesisir yang dipenuhi sampah. Hal itu lantaran banyaknya sampah dari aliran sungai yang bermuara ke pantai tersebut.

Berawal dari banyaknya sampah dan rasa kepedulian tentang keberhasilan yang minim, sekelompok pemuda yang tergabung dalam Central Environmental & Fisheries (CEF) menciptakan alat penyaring sampah atau trash trap. Dengan alat itu, sampah yang mengalir di sungai dijebak agar tidak berakhir mengotori Pantai Labuhan Haji.

Ketua CEF, Muslihaddin Aini mengatakan dibuatnya trash trap berawal karena keresahannya melihat Pantai Labuan Haji yang selalu kotor oleh sampah kiriman dari sungai. Terlebih sejak 2018 pihaknya mengkampanyekan anti sampah plastik serta setiap minggunya melakukan kegiatan bersih-bersih di Pantai Labuan Haji. Namun hasilnya nihil, di mana sampah masih banyak yang berserakan di pantai.

“Semua sudah kita lakukan, tapi hasilnya nol besar hanya segelintir orang yang peduli,” ucapnya pada awam media, Jumat (17/06). Berkat kepeduliannya itu, CEF mulai menggagas cara mengantisipasi sampah dari sungai. Sehingga terciptalah trash trap. Di mana alat ini sendiri terbuat dari tong plastik, jaring besi, dan kawat seling sebagai tali pengikat.

“Tak hanya bisa menyaring sampah di sungai, tapi trash trap ini juga bisa menjadi jembatan penyeberangan bagi pejalan kaki,” tuturnya. Dengan trash trap tersebut, sekitar 8-11 ton sampah yang mengalir di sungai terjaring setiap minggunya.

Terdapat tiga sungai yang bermuara ke Pantai Labuhan Haji. Namun saat ini baru satu sungai yang dipasangi alat trash trap, karena keterbatasan anggaran dan dukungan dari pemerintah maupun kontribusi masyarakat setempat.

“Kita pasang alat ini pada Minggu kemarin pada satu sungai, mungkin ke depan tiga-tiganya akan kita pasangi trash trap,” jelasnya.

Berkat apa yang diciptakan itu, CEF berhasil masuk menjadi salah satu pemenang pada sebuah ajang yang diselenggarakan oleh Pertamina Foundation dan satu-satunya pemenang dari Provinsi NTB, sehingga kegiatan CEF didanai oleh Pertamina.

“Tapi dana yang kita terima ini terbatas, jadi tidak bisa semua sungai ini tercover, makanya kita harap dukungan dari pemerintah agar sampah ini bisa kita kendalikan demi terciptanya wisata yang bersih,” tegasnya.

CEF tentunya telah ikut berperan dalam program Pemprov NTB terkait Zero Waste. Salih menegaskan pemuda tidak hanya bisa mengkritik. Namun juga harus membuktikan dirinya pada masyarakat maupun pemerintah. Tapi nyatanya sampai dengan saat ini tidak ada bentuk dukungan yang didapat dari Pemprov NTB.

“Sangat dibutuhkan bantuan pemerintah, Zero Waste kan program Pemprov. Kalo sudah dibantu masa mereka tidak mau membantu kita juga,” ujarnya.

Sampai dengan saat ini inovasi yang telah dibuatnya mendapat apresiasi dari DLHK Lotim, tapi belum ada dukungan atau perannya dalam membantu mengembangkan inovasi yang telah dibuat oleh para pemuda yang kreatif ini.

“Kita lagi menunggu janji support dari DLHK juga. Kadisnya pernah meninjau lokasi kita dan katanya udah di up ke provinsi. Kami tinggal menunggu tindak lanjut dari pemerintah saja, kami sangat butuh dirangkul oleh orang tua kita,” pungkasnya. (den)

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer