Mataram (Inside Lombok) – Pemanfaatan teknologi menjadi salah satu cara mendongkrak perekonomian. Karena itu, pemanfaatan teknologi perlu juga diperkenalkan pada kelompok petani. Upaya ini beriringan dengan arah kebijakan di sektor pertanian di tingkat nasional, yaitu harus mencoba dengan sistem pertanian yang berbasis organik yang dibarengi juga dengan penguatan teknologi di dalamnya.
“Teknologi yang namanya digital eco farming ini, dia akan mampu melakukan suatu deteksi proses budidaya yang berbasis gadget. Jadi petani kita nanti kita jadikan petani digital,” ujar Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) NTB, Heru Saptaji, Jumat (14/4).
Sebagai percontohan, pemanfaatan teknologi bagi petani ini dilakukan di wilayah Desa Mas-Mas, Kecamatan Batukliang, Lombok Tengah. Di mana dengan adanya teknologi tersebut, para petani diharapkan mampu mengetahui kapan harus mengairi sawahnya, kapan mulai tanamnya, kapan mereka harus memupuknya. Semua data itu bisa didapat darisensor-sensor yang ada pada area tersebut.
“Dengan sensor yang ada itu, mampu mendeteksi tingkat hara, tingkat kelembaban, tingkat cuaca dan sebagainya. Jadi akumulasikan dan teknologi itulah yang akan memberikan rekomendasi kepada para petani kita di dalam berbudidaya,” terangnya.
Area sawah di Desa Mas-Mas yang menjadi percontohan pemanfaatan teknologi saat ini baru sekitar 1 hektare. Namun ada potensi lahan seluas 25-160 hektare yang akan dikembangkan ke depannya. “Kita akan mendampingi selama 3 tahun dan kita lihat mulai dari arah pertumbuhan pengembangan sampai nanti kemandiriannya,” jelasnya.
Untuk satu klaster percontohan ini intervensi biaya programnya di tahap awal Rp210 juta. Dengan bantuan sumur bor, traktor dan peralatan sensor dan sebagainya, tapi yang paling penting adalah ke depan ini akan didampingi.
“Selama proses ini kan pilot project, diharapkan akan berimbas atau menular kepada kawasan-kawasan lainnya. Iya ini teknologi pertama di NTB,” tuturnya.
Di sisi lain, sebagaimana diketahui tantangan sisi perekonomian tidak mudah. Satu kekuatan yang dilakukan adalah bagaimana memperkuat, membentengi ketahanan ekonomi NTB. Baik dari sisi tekanan-tekanan eksternal maupun global, salah satunya adalah mempunyai pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Artinya harus mencoba memulihkan kembali pertumbuhan ekonomi pada standar ekonomi yang tinggi. Namun dengan dibarengi inflasi yang terkendali. Maka didapatkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas di dalamnya.
“Dalam konteks pengendalian inflasi ini jadi bagian yang sangat penting. Karena NTB salah satu tekanan inflasinya adalah dari komoditas bahan pangan. Dari komoditas bahan makanan yang mana kita perhatikan komoditas beras itu menjadi salah satu komoditas penting,” jelasnya. (dpi)