Mataram (Inside Lombok) – Pelaksanaan MotoGP di Sirkuit Mandalika tahun ini dikhawatirkan tidak seramai tahun lalu. Pasalnya, dalam waktu yang berdekatan akan ada konser grup band asal Inggris Coldplay. Konser itu pun telah ditunggu-tunggu para penggemar band tersebut di Indonesia, di mana tiketnya telah mulai diburu sejak beberapa waktu lalu.
Tim akselerasi, monitoring dan evaluasi pengembangan kawasan ekonomi khusus (KEK) pariwisata pada Kemenparekraf RI, Taufan Rahmadi mengatakan untuk mengantisipasi kekhawatiran sepi penonton nanti, penyelenggara dalam hal ini MGPA dan ITDC harus lebih gencar melakukan promosi. “Tidak saja berbicara promosi biasa, tapi juga extra ordinary promotion,” ujarnya.
Menurutnya, tahun ini banyak event-event yang tidak kalah besar dengan MotoGP hingga bisa mengalihkan perhatian para penonton. Dengan kondisi tersebut, promosi yang diberikan kepada penonton perlu memberikan lebih banyak manfaatnya. “Ini perlu mulai dari sekarang tim dari MGPA dan ITDC menebarkan paket-paket, agar lebih banyak dari luar dari mancanegara dan dan luar NTB,” ungkapnya.
Pelaksanaan konser Coldplay dan MotoGP, sambung Taufan, tahun ini akan digelar secara bersamaan. Di mana, untuk konser akan digelar pada 15 November sedangkan MotoGP pada 13-15 Oktober mendatang. Waktu yang sangat berdekatan tersebut, dikhawatirkan masyarakat lebih memilih menonton konser Coldplay.
“Event ini bener-bener bersamaan kan dengan kekuatan pendukung yang luar biasa. Kita berharap ini tidak boleh diam. MotoGP dengan timnya harus sama-sama berkreasi. Jangan sampai redup MotoGP ini,” katanya.
Taufan menyarankan, penyelenggara MotoGP harus berkolaborasi dengan pelaku industri pariwisata untuk menyukseskan event tersebut. Pasalnya, para pelaku pariwisata memiliki kepentingan terhadap event tersebut.
“Kolaborasi melibatkan semua stakeholder terutama industri. Karena sangat berkepentingan terhadap trafik spectator yang datang baik dari luar daerah NTB maupun luar negeri,” katanya.
Sementara untuk penjualan tiket MotoGP katanya penyelenggara lebih memahami waktunya. “yang paling tahu timing paling tepat dengan kondisi dengan berbagai event yang ada adalah penyelenggara dalam membaca pasar. Karena ujungnya harus meningkatkan devisa dan memberikan kesejahteraan bagi kita,” tutupnya. (azm)