Mataram (Inside Lombok) – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) provinsi NTB memproyeksi akan terjadinya inflasi yang dipengaruhi berjalannya program Makan Bergizi Gratis (MBG), meski sifatnya kecil dan masih bisa dikendalikan. Kepala BI provinsi NTB, Berry Arifsyah Harahap menjelaskan fluktuasi harga bahan pokok, terutama yang termasuk dalam kategori volatile food dapat berpengaruh langsung pada inflasi, meskipun dampaknya tidak signifikan dalam skala besar.
“MBG memang kami hitung, dan kami perkirakan tidak terlalu besar, hanya sekitar 0,3 persen terhadap inflasi, khususnya yang berkaitan dengan volatile food,” ujarnya. Meskipun dampak dari MBG terhadap inflasi tidak terlalu besar, BI NTB mengakui bahwa fluktuasi harga pangan tetap perlu dicermati dengan serius.
Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta sangat diperlukan untuk meningkatkan ketahanan pangan dan mencegah terjadinya lonjakan harga yang dapat berdampak buruk bagi perekonomian dan daya beli masyarakat. “MBG mungkin tidak terlalu besar pengaruhnya terhadap inflasi, tapi kami tetap memantau dan bekerja sama dengan berbagai pihak untuk menjaga kestabilan harga,” terangnya.
Sementara itu, karena terkait dengan ketahanan pangan yang merupakan salah satu prioritas pemerintah. Dimana komoditas jagung mendapatkan perhatian, karena menjadi bahan baku utama untuk pakan ternak. Kenaikan harga pakan ternak berimbas pada harga komoditas lainnya, seperti telur dan ayam.
“Contohnya, jika harga telur naik 15 persen, kebutuhan jagung untuk pakan ternak juga ikut naik 15 persen. Oleh karena itu, kami sangat fokus pada peningkatan produktivitas jagung, karena jagung ini sangat krusial sebagai bahan makanan ternak,” terangnya.
Pada tahun 2025, BI NTB akan terus mendukung program pemerintah yang berfokus pada ketahanan pangan. Selain jagung, BI NTB akan memperhatikan sektor-sektor lain seperti beras, cabe, bawang dan komoditas pangan lainnya untuk menjaga kestabilan harga dan mendukung perekonomian daerah.
“Kami juga akan mendukung upaya pemerintah dalam meningkatkan ketahanan pangan, termasuk dalam pengelolaan dan peningkatan produksi beras, telur, ayam, serta komoditas pangan lainnya,” demikian. (dpi)