Sumbawa Barat (Inside Lombok) – Pengembangan kerajinan tenun di Desa Mantar, Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) semakin menunjukkan hasil positif, terutama sejak hadirnya Kelompok Mantar Berseri di 2022 lalu. Kini, berselang dua tahun lamanya, para pemuda yang tergabung di komunitas tenun khas Mantar itu semakin masif dalam hal produksi dan pemasaran.
Ketua Kelompok Mantar Berseri, Sri Devi menerangkan saat ini ada sembilan orang anak muda di Desa Mantar yang tergabung dalam kelompok tersebut. Mereka fokus pada produksi tenun dengan alat tenun bukan mesin (ATBM) dan lainnya, dengan motif yang terinspirasi dari alam dan budaya khas Mantar.
Pendampingan langsung dari PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMMAN) juga turut membantu pengembangan kelompok ini, hingga sukses meraih Penghargaan Subroto 2024 melalui program Mantar Berseri sebagai inovasi pengembangan budaya tenun di Desa Mantar yang dijalankan mitra pelaksana program Digital Tenun Nusantara (DiTenun).
Kelompok Mantar berseri saat ini memasarkan tenun hasil produksi mereka dengan menyasar wisatawan lokal, instansi, hingga hotel dan restoran. Beberapa motif yang hadir di kain tenun khas Mantar antara lain motif bantal pipi, tangga rumah panggung, bunga kasunting, daun kemiri, daun kunyit besar, gelang susu dara, jeruk sumba, daun kunyit, jentara, buah kasunting, daun kemiri wajik.
Produksi tenun ini pun menggunakan teknologi yang dikembangkan PT Digital Tenun Nusantara (DiTenun) untuk membantu membuat motif tenun digital dengan kecerdasan buatan. “Sekarang beberapa yang kami produksi antara lain ada outer, pouch, bantal sofa, tas selempang,” ungkap anggota Kelompok Mantar Berseri, Sabariah.
Menurutnya, salah satu yang paling berkesan selama pengembangan tenun di Desa Mantar adalah dipamerkannya hasil produksi tenun tersebut di pameran-pameran tingkat nasional, salah satunya di Pameran Tamasya Award, Jakarta. “Hal pertama bagi kami bisa melakukan pameran,” lanjutnya.
Kini, omzet dari kelompok tenun ini pun mencapai Rp124 juta per bulan dengan kapasitas produksi sekitar 20 meter kain tenun per bulan. Senior Manager Social Impact AMMAN, Aji Suryanto menerangkan program pengembangan tenun di Desa Mantar ini adalah bagian dari upaya mendorong masyarakat mempunyai kemampuan mengolah sumber daya.
“Salah satu fokusnya adalah pemberdayaan ekonomi, memastikan UMKM di Sumbawa Barat bisa berbisnis secara baik,” ujarnya. Program ini juga disebutnya menjadi salah satu upaya AMMAN memastikan pelestarian budaya, antara lain lewat tenun.
Tenun Mantar merupakan aset budaya yang dapat berpotensi mendukung industri pariwisata di KSB, mengingat kualitasnya yang awet, mudah untuk diekspor, dan bisa menjadi cinderamata populer bagi wisatawan.
Sebagai salah satu perusahaan tambang tembaga dan emas terbesar di Indonesia, AMMAN terus mengembangkan berbagai inisiatif Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) yang menciptakan dampak berkelanjutan.
AMMAN selalu berkolaborasi dengan masyarakat dalam melakukan identifikasi potensi program pengembangan masyarakat yang unik dari wilayah KSB dan dikembangkan secara berkelanjutan. (r)