Lombok Timur (Inside Lombok) – Harga beras yang kian melejit dikhawatirkan membuat potensi tindak kriminal meningkat, termasuk aksi pencurian padi. Pasalnya, pencurian padi pernah terjadi di beberapa lokasi hingga meresahkan para petani.
Salah seorang petani, Makbul mengatakan kondisi kenaikan harga beras bukan hanya terjadi tahun ini. Namun kali ini kondisinya diperparah karena ada kelangkaan stok juga. “Ini bukan pertama kalinya, tapi memang sudah terjadi sejak dulu (kenaikan harga beras),” ucapnya saat ditemui di sawahnya, Senin (26/02/2024).
Imbas kenaikan harga beras yang naik itu dikhawatirkan terjadinya pencurian padi milik para petani, seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Di mana dulunya padi petani yang siap panen, habis digondol oleh maling dengan cara dibabat habis di persawahan.
“Dulu pas harga beras naik, padi kita yang belum kita panen malah habis dipanen pencuri, dan ini yang kita khawatirkan,” jelasnya. Pencurian padi bukan hanya menjadi kekhawatiran para petani semata, sebab beberapa hari yang lalu terdengar kabar adanya pencurian gabah milik warga Desa Aikdewa, Kecamatan Pringgasela, Kabupaten Lombok Timur.
Padi milik petani yang biasanya dijemur sehabis panen malah menjadi incaran pencuri. Hal itu terjadi di Desa Aikdewa pada saat gabah dijemur di lapangan dekat rumahnya dan dibiarkan bermalam di sana lantaran sudah menjadi kebiasaan masyarakat sekitar agar tidak lelah diangkut balik.
“Beberapa malam lalu memang terjadi pencurian gabah di sini (Aikdewa, Red) pada malam hari milik warga,” ucap Fajduani, salah seorang warga Aikdewa. Kemungkinan-kemungkinan aksi kriminal yang terjadi di tengah kenaikan harga beras sendiri meresahkan para petani. Terlebih sudah ada aksi pencurian gabah milik petani seperti yang ada di Desa Aikdewa.
Harga beras sendiri di pasaran saat ini mencapai Rp17 ribu per kilogram untuk jenis premium, sementara untuk beras jenis medium berkisar pada harga Rp15-17 ribu per kilogram. (den)