Mataram (Inside Lombok) – Limbah kotoran hewan baik dari sapi, kambing, ayam dan unggas lainnya dapat dimanfaatkan, terutama untuk menjadi pupuk kompos. Pupuk itu pun dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas lahan pertanian di NTB.
Hal itu menarik Arus Foundation Dasar Group membentuk tim pemburu kotoran hewan tersebut. CEO Dasar Group dan Arus Foundation, H. Ahmad Rusni mengatakan persoalan lingkungan adalah persoalan yang harus diselesaikan bersama. Apalagi masih banyaknya kotoran yang berserakan dan belum dimanfaatkan secara optimal. Terutama kotoran ternak dan unggas.
“Jadi program ini spesifik untuk pengelolaan dan pemanfaatan kotoran hewan maupun unggas untuk pembuatan pupuk kompos. Supaya lingkungan kita bersih, jangan ada tahi yang berserakan. Padahal bisa dimanfaatkan. Terutama tahi sapi, kambing, ayam,” ujar Rusni, Senin (15/5).
Nantinya, tim yang ada akan berburu dan mengumpulkan kotoran-kotoran hewan yang ada di masyarakat dengan harga bisa mencapai Rp15 ribu per karung. Sehingga masyarakat akan melihat kotoran yang berserakan sebagai komoditas pendukung ekonomi kerakyatan.
Setelah dilakukan pengumpulan kotoran-kotoran hewan atau unggas tersebut akan dibuat menjadi kompos. Di mana dibangun sebuah lubang untuk penampungan besar, kemudian dari lubang fermentasi inilah kotoran-kotoran tersebut dicampur dengan sampah organik.
“Dalam waktu seminggu, kotoran yang dicampur dengan daun-daunan. Nanti itu sudah bisa diubah menjadi pupuk organik. Setelah itu, pupuk kompos ini bisa digunakan untuk pemupukkan pada lahan-lahan pertanian,” tuturnya.
Pupuk kompos yang dibuat pun disebut Rusni bisa digunakan di lahan kering. Mengingat pupuk yang dihasilkan memang ditujukan untuk menghijaukan lahan-lahan masyarakat yang masih gundul.
“Lahan masyarakat kita masih luas. Lahan kita masih banyak yang gundul, dan lahan kita masih banyak yang tidak dimanfaatkan optimal. Lahan kita rusak akhirnya sering terjadi bencana,” ucapnya.
Diharapkan dengan pemanfaatan kotoran hewan dan unggas yang diolah menjadi pupuk kompos, ke depannya bisa dikembangkan untuk menyuburkan kembali lahan-lahan di NTB supaya hijau lagi. Sehingga lahan yang tadinya tandus semakin produktif, tentunya ini akan mempengaruhi perekonomian masyarakat.
“Makanya saya mendorong, supaya semakin banyaknya terbentuk tim pemburu tahi ini sebagai gerakan penyadaran kepada masyarakat untuk memanfaatkan kotoran, dari tingkat lingkungan, desa/kelurahan, hingga ke tingkat yang lebih luas,” imbuhnya. (dpi)