Lombok Tengah (Inside Lombok) – Produksi garam di Lombok Tengah (Loteng) meningkat karena musim kemarau panjang. Bahkan produksi garam tahun ini ditargetkan mencapai 2 ribu ton.
Plt Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan (Diskanlut) Loteng, Muhamad Kamrin mengatakan harga garam saat ini tembus Rp5 ribu per kilogram, karena selama dua tahun berturut-turut produksi garam tidak optimal dipengaruhi musim hujan. “Dua tahun terakhir musim hujan jadi produksi garam kurang, walaupun sekarang agak telat tapi panasnya bagus,” ujarnya, Jumat (1/10/2023).
Ia menjelaskan, luas tambak garam yang ada di Desa Kidang, Praya Timur sekitar 54 hektare. Namun jumlah luasan dalam kondisi baik. “Karena banyak tambak yang saat musim hujan digunakan untuk ikan bandeng dan udang kini digunakan untuk garam,” katanya.
Menurut Kamrin, karena dampak El Nino yang panjang seperti sekarang ini hasil produksi garam bisa lebih baik. “Sekarang El Nino itu kan panas, produksi garam bagus, sehingga banyak petani garam yang sempat berhenti (produksi, Red) sekarang mereka memproduksi garam lagi,” ujarnya.
Dikatakan, hasil produksi garam tersebut kebanyakan terserap untuk keperluan industri skala rumahan, seperti produksi tempe dan tahu. Sedang kualitas garam tergantung dari seberapa tinggi proses iodisasi atau kandungan iodin (yodium)
“Seperti di tempat kita sebelum panen sudah ditunggu sama yang akan mengambil, sekarang pemanfaatan garam untuk industri kan cukup tinggi bahkan untuk pengolahan air minum juga menggunakan garam,” imbuhnya.
Guna mendukung produktivitas petani garam di wilayah Loteng, pihaknya menyalurkan bantuan kepada petambak garam mulai dari pompa air dan alat untuk panen. “Kami sudah berikan sekop dan gerobak dorong. Sekarang mereka lebih mudah karena akses jalan produksi sudah dibangun jadi mereka tidak memikul lagi, ” tandasnya. (fhr)