25.5 C
Mataram
Senin, 20 Mei 2024
BerandaEkonomiDiduga Banyak Dikirim ke Luar Daerah, Harga Cabai Rawit NTB Masih Tinggi

Diduga Banyak Dikirim ke Luar Daerah, Harga Cabai Rawit NTB Masih Tinggi

Mataram (Inside Lombok) – Harga cabai rawit di NTB saat ini menembus Rp70 ribu per kilogram (kg). Masih dikirimnya cabai lokal NTB ke luar daerah diduga menjadi salah satu pemicu tingginya harga komoditas pertanian ini.

Kepala Dinas Perdagangan Provinsi NTB, Baiq Nelly Yuniarti mengatakan harga cabai rawit di luar daerah lebih mahal yaitu sekitar Rp130 ribu per kg. Untuk membantu memenuhi kebutuhan di luar daerah, NTB menjadi daerah penyuplai cabai rawit nasional.

“Bahkan tadi kita terinformasi bahwa NTB itu penyuplai cabai rawit nasional. Ini menjadi PR kita bahwa saudara kita di barat itu sudah membeli cabai rawit di harga Rp130 ribu per kg,” katanya, Selasa (5/12) pagi.

Untuk pengendalian harga cabai rawit di beberapa daerah, NTB mengirim produksi para petani. Pengiriman ini agar kebutuhan masyarakat dan harga tidak terlalu tinggi. “Cabai NTB ini mensubsidi beberapa provinsi,” tegasnya.

- Advertisement -

Produksi cabai di NTB yaitu sekitar 38 ribu ton per tahun. Jumlah produksi ini lebih dari kebutuhan masyarakat di NTB sehingga sebagian dikirim ke luar daerah. Kenaikan harga cabai yang terjadi saat ini ditegaskan bukan karena adanya kelangkaan. Melainkan daerah lain di Indonesia berani membayar lebih mahal.

“Tidak langka, tapi mahal karena daerah lain berani bayar lebih mahal kan. Ini cabai harus dikirim pakai pesawat soalnya,” katanya. Kebijakan pengiriman cabai keluar daerah ini karena produksi di NTB disebut surplus.

Diterangkan, kebutuhan masyarakat yaitu sekitar 20 ribu ton per tahun dan produksinya mencapai 38 ribu ton. “Tidak mungkin habis sama kita sendiri. Cuma karena hukum pasar. Karena disana dibeli mahal otomatis disini juga mahal,” katanya.

Nelly mengatakan, jika NTB menjadi salah satu penyuplai cabai rawit nasional maka harus ada kebijakan misalnya bantuan bibit kepada para petani. Namun hal ini merupakan ranah dinas pertanian. “Ini menjadi perhatian kebijakan tahun depan. Apakah ada bantuan bibit, itu kan sektor pertanian,” tutupnya. (azm)

- Advertisement -

Berita Populer