Mataram (Inside Lombok) – Bulan Suci Ramadan menjadi momentum ladang rezeki bagi para pedagang. Tak terkecuali pedagang kolang-kaling yang permintaannya meningkat dibandingkan dengan hari-hari biasa. Kolang-kaling sendiri sering dijadikan bahan campuran dalam pembuatan es campur.
Peningkatan permintaan selama bulan Ramadan dirasakan oleh Inak Munisah, salah satu pemilik usaha kolang-kaling di Dusun Kedondong Bawaq, Desa Pusuk Lestari, Kecamatan Batu Layar, Lombok Barat. Ia mengaku selama Ramadan ini permintaan akan buah kolang-kaling mengalami peningkatan.
“Bulan puasa ini yang naik permintaannya, sehari bisa dapat Rp100 ribu atau Rp120 ribu, kalau sebelum puasa Rp60-75 ribu. Itu dijual ke pengepul,” ujar Inak Munisah saat ditemui di kebunnya, Senin (3/4).
Harga tersebut dibanderol Rp100-120 ribu dengan hitungan per bak plastik warna hitam ukuran sedang. Memang untuk proses pembuatan kolang-kaling cukup memakan waktu. Karena buah pohon nira atau aren ini jika mentah dan dipegang secara langsung, akan menyebabkan gatal-gatal. Maka dari itu sebelumnya direbus hingga matang, agar mengurangi rasa gatal dan lebih mudah mencongkel isi dalamnya.
“Beli di pasar buahnya, satu tundun Rp15 ribu. Dimasak dulu kurang lebih satu jam, baru ditunggu dingin. Setelahnya baru dikupas, diambil isi dalamnya,” terangnya.
Munisah pun melakoni usaha kolang-kaling sudah beberapa tahun belakangan. Karena itu dijadikan sebagai mata pencaharian oleh warga. Meskipun tidak banyak nilai jualnya dibandingkan dengan proses pengerjaannya. “Lumayan buat kebutuhan sehari-hari dari hasilnya,” ujarnya.
Di sisi lain, pengusaha kolang-kaling lainnya, Baidah mengatakan penjualan kolang-kaling saat Ramadan masih normal-normal saja. Belum ada peningkatan yang signifikan, karena ketika bulan Ramadan hampir sebagian warga melakukan pekerjaan tersebut. Sehingga persaingan cukup ketat. Namun sejauh ini pembeli yang datang langsung untuk membeli ditempatnya.
“Permintaan kadang turun kadang naik, satu bakul saja Rp80ribu sampai Rp110ribu,” ujarnya. Untuk harga bahan bakunya buah aren sendiri dibelinya dengan harga Rp10 ribu per tandan.
Dari satu tanda saja belum semua bisa diambil buah kolang-kalingnya, kadang ada sebagian yang kosong dan rusak. Meski demikian, di bulan Ramadan ini permintaan masih tetep ada sama seperti hari-hari biasa. “Alhamdulillah masih ada permintaan, tapi mau bulan puasa atau hari-hari biasa sama saja. Belum tinggi permintaan,” jelasnya. (dpi)