Mataram (Inside Lombok) – Bursa Efek Indonesia (BEI) NTB melihat adanya gelagat masyarakat NTB mulai melek pasar modal. Baik saham, reksadana dan SBN (surat berharga negara). Saat ini produk yang banyak diminati investor di NTB adalah reksadana dan SBN, karena melihat potensi keuntungan yang lebih stabil dibandingkan saham.
Kepala BEI NTB, Gusti Bagus Ngurah Putra Sandiana menerangkan banyak masyarakat melakukan diversifikasi produk investasi, antara lain dengan mencoba produk-produk baru seperti SBN dengan penawaran ori 023 obligasi ritel dan juga suku tabungan. Berbeda dengan kondisi saat pandemi Covid-19 di mana investor lebih memilih saham sebagai instrumen investasi.
“Signifikan tumbuh SBN dan reksadana. Itu yang kami cermati investor ini mulai diversifikasi, tidak melulu saham saja. Karena tadi itu, terjangkau, beli reksadana minimum beli itu Rp10 ribu. SBN itu minimum Rp1 juta,” ujar Gusti, Selasa (11/7).
Dirincikan, jumlah investor pasar modal 107.170 SID untuk investor saham, reksadana, SBN. Untuk investor saham saja sebanyak 39.879 SID, sedangkan reksadana dan SBN 67.291. “Jadi mulai meleknya masyarakat tidak ujug-ujug punya uang, terus beli. Mereka mulai mereview kinerja dari produknya. Ketika kondisinya belum signifikan mereka coba produk yang lain,” terangnya.
Selain produk bank yang ada, sekarang ini dari perbankan menyelipkan investasi. Sehingga masyarakat tidak hanya menabung tetapi bisa juga berinvestasi di bank. Baik itu bank konvensional maupun syariah. Karena marketnya mulai tumbuh di sana.
Sebelumnya, Kepala OJK NTB Rico Renaldy menerangkan kinerja pasar modal hingga Maret 2023 tercatat investor saham mengalami kenaikan sebesar 24,04 persen secara year on year (yoy). Sedangkan yeartodate (ytd) sebesar 3,76 persen. Angka ini jauh lebih besar dibandingkan dengan nasional yang sebesar 22,85 persen (yony) dan 3,56 persen (ytd).
“Jumlah investor saham sampai Maret 2023 itu sebanyak 38.983 SID, angka tersebut mengalami kenaikan. Dan didominasi oleh generasi stroberi,” ujarnya. (dpi)