31.5 C
Mataram
Sabtu, 23 November 2024
BerandaEkonomiTantangan Produksi Pangan, Perlu Fokuskan Anggaran ke Sektor Pertanian

Tantangan Produksi Pangan, Perlu Fokuskan Anggaran ke Sektor Pertanian

Mataram (Inside Lombok) – Banyaknya tantangan di sektor pertanian seperti di NTB tidaklah mudah diurai. Mulai dari perubahan iklim, harga pupuk, ditambah pertanian tradisional menjadi tantangan utama di dalam memproduksi pangan. Selain memaksimalkan lahan, dukungan anggaran untuk pengembangan sektor pertanian juga dinilai penting sebagai langkah awal menuju solusi.

Peneliti Universitas Mataram, Prof. Ir. Suwardji menyebut pemerintah bersama seluruh stakeholdernya harus mengoptimalkan lahan yang ada. Tidak hanya mengandalkan produksi pada pada lahan pertanian basah. Petakan mana lahan-lahan yang bisa didorong untuk menghasilkan padi. Apalagi di NTB memiliki potensi lahan kering yang tidak kecil luasannya. Lahan kering ini harus dimanfaatkan untuk supporting produksi padi pada lahan basah.

“Cuma ini belum dilakukan, kalau dilakukan NTB kembali berswasembada. Didukung lagi dengan harga hasil produksi yang menjanjikan, petani juga pasti akan sangat tertarik terus menanam padi,” kata Suwardji, Rabu (6/3).

Guna mendorong produktivitas padi pada lahan kering ini, dapat memanfaatkan citra satelit untuk memetakan berapa hektar yang dapat didorong dimanfaatkan di Pulau Lombok. Kemudian berapa hektar luasnya yang bisa dimanfaatkan di Pulau Sumbawa. Sehingga tidak ada alasan bagi daerah ini untuk turun produksi, karena sudah mengoptimalkan keberadaan lahan-lahan kering ini.

“Kemudian sudah ada varietas bibit unggul yang bisa dimanfaatkan. Tapi pesimis saya, bisa jadi karena persoalan penganggaran yang masih sangat kecil ke sektor ini,” terangnya. Untuk itu seharusnya dipertimbangkan, jika sektor pertanian berkontribusi lebih dari 20 persen terhadap PDRB. Setidaknya ada 10 persen atau 20 persen anggaran dikembalikan lagi kepada sektor pertanian. Untuk memotivasi dan terus menggerakkan sektor ini tetap produktif.

“Nah itu anggaran difokuskan ke sektor pertanian saja dulu. Karena sektor lain itu kalau sudah ada potensinya, investor otomatis sudah mau tertarik menggarapnya,” jelasnya. Anggaran dimaksud untuk sektor pertanian dapat dilakukan untuk pengembangan teknologi pertanian, teknologi pemupukan, pengembangan smart farming yang harus terus digalakkan. Serta kebutuhan sektor pertanian lainnya. “Kami berharap sektor pangan ini tetap jaya di Provinsi NTB,” imbuhnya.

Sebagaimana diketahui, NTB adalah daerah yang selalu swasembada pangan. Terutama padi dan jagung. Namun belakangan produksinya menurun. Berdasarkan data BPS terbaru, produksi padi di NTB pada awal tahun 2024 ini mengalami penurunan yang cukup tajam akibat perubahan iklim. Perkiraan produksi padi di NTB pada Januari sebesar 29.032 ton Gabah Kering Giling (GKG), pada Februari sebesar 31.536 ton GKG atau total produksi padi pada dua bulan awal tahun 2024 sebesar 60.568 ton.

Jika dibandingkan dengan produksi pada periode yang sama tahun sebelumnya, pada Januari 2023, produksi padi NTB sebesar 36.438 ton (GKG), dan Februari 2023 produksi sebesar 150.184 ton GKG. Atau total produksi pada Januari-Februari 2023 sebesar 186.622 ton GKG. (dpi)

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer