Mataram (Inside Lombok) – Dinas Kesehatan (Dikes) NTB mencatat sampai dengan Mei 2023 ada 2.57 kasus demam berdarah dengue (DBD) di NTB. Dari jumlah ini sebanyak 25 pasien dengan kasus DBD dilaporkan meninggal dunia.
“Kasus kematian yang terjadi sebagian besar disebabkan oleh terlambatnya penderita DBD dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan,” kata Kepala Dikes NTB, Lalu Hamzi Fikri, Jumat (28/7) pagi.
Ia mengatakan, memasuki bulan Juni kasus DBD mengalami penurunan dengan jumlah 139 kasus dan kematian sebanyak 5 kasus. “Kalau bulan Juli ini belum ada laporan kasus terbaru,” katanya.
Ia menyebutkan, daerah dengan kasus kematian terbanyak adalah Kabupaten Bima dengan total 14 kematian akibat DBD. Upaya promotif dan preventif menjadi langkah awal pemerintah dalam pengendalian DBD. “Penyampaian informasi tentang DBD kepada masyarakat tetap dilakukan terutama oleh rekan-rekan Puskesmas yang secara langsung berinteraksi dengan masyarakat,” katanya.
Pemerintah Provinsi NTB juga tetap berkoordinasi dengan kabupaten dan kota dalam hal penanganan kasus DBD. Sumber daya kesehatan untuk penanganan kasus DBD sudah cukup memadai, sehingga kasus DBD dapat ditangani dengan baik.
“Untuk itu, edukasi mengenai DBD termasuk gejalanya perlu ditingkatkan. Peran masyarakat juga sangat penting untuk penanganan kasus DBD,” katanya.
Ia menerangkan, untuk memaksimalkan penangan terhadap kasus DBD, masyarakat harus kenali fase awal. Demam berdarah yang mirip dengan flu, ditandai dengan rasa nyeri sendi, demam, sakit kepala hebat, hingga mual. “Timbulnya demam berat yang berlangsung dua sampai tujuh hari juga menjadi gejala DBD,” katanya.
Selain itu, apabila merasakan gejala-gejala tersebut, masyarakat disarankan untuk segera bawa ke fasilitas pelayanan kesehatan. Pencegahan DBD yang paling utama adalah dengan menerapkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan konsep 3M Plus.
“3M plus itu menguras dan menyikat bak penampungan air, menutup tempat penampungan air, memanfaatkan atau mendaur ulang barang bekas. Masyarakat juga harus menggunakan obat nyamuk, penaburan larvasida, pemasangan kawat, gotong royong,” tutup Fikri. (azm)