Mataram (Inside Lombok) – Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Mataram terus meningkat. Karenanya, Walikota Mataram, Mohan Roliskana meminta ODP terkait hingga tingkat lingkungan untuk memaksimalkan gotong royong.
Hal tersebut disampaikan saat menggelar rapat koordinasi dengan kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lingkup Pemkot Mataram. Ia mengatakan, kegiatan gotong royong ini sebagai salah satu upaya untuk mengantisipasi terjadinya DBD.
“Pemberantasan sarang nyamuk ini di lurah, lingkungan, kegiatan gotong royong lah di masing-masing lingkungan,” ujar Mohan, Senin (22/4) pagi di Kantor Walikota Mataram. Menurutnya, selain gotong royong nantinya juga akan dimaksimalkan dengan penyemprotan fogging fokus oleh Dinas Kesehatan. Karena anomali cuaca masih berlangsung saat ini. “Kita ini antisipasi dampak dari anomali cuaca yang terjadi saat ini,” lanjutnya.
Terkait kawasan yang padat penduduk, camat dan lurah diminta untuk memaksimalkan pemberantasan dan gotong royong. “Ya ini nanti camat dan lurah yang tahu kondisi lingkungan masing-masing,” kata Mohan.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Kota Mataram, Emirald Isfihan menyebutkan hingga pertengahan April ini, jumlah kasus DBD di ibu kota Provinsi NTB ini yaitu sebanyak 280 kasus. Peningkatan kasus ini sangat dipengaruhi oleh perubahan cuaca yang terjadi.
Meski sudah mencapai puncak kasus, namun tidak menutup kemungkinan bisa saja ada temuan kasus tambahan. “Ini sudah di puncaknya sebenarnya April, tapi kita tidak tahu lagu di pertengahan April ini. Mudah-mudahan kita berharap tidak ada kasus lagi lah,” katanya.
Kasus DBD paling banyak ditemukan di kawasan padat penduduk dan masyarakat diminta untuk meningkatkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Selain itu, pemberantasan sarang nyamuk (PSN) harus dilakukan. “Kepadatan penduduk juga dan disana lagi kita gencarkan penanganannya. PSN pokoknya terutama,” katanya.
Dinas Kesehatan Kota Mataram menargetkan tidak ada lagi tambahan kasus hingga akhir April ini. Seperti tahun lalu, kasus DBD hingga triwulan kedua sampai 300 kasus. “Mudahan-mudahan cuma 200-an. Jangan sampai diatas 300 karena tahun lalu kita bisa menekan sampai di angka 300-an,” tegasnya.
Terkait kasus kematian diharapkan tidak ada penambahan kembali. Di mana, sepanjang tahun 2024 ini sebanyak dua kasus kematian disebabkan karena DBD. “Tidak ada lagi kematian. Diharapkan tidak ada lagi,” katanya.
Petugas – petugas puskesmas lanjutnya tetap melakukan promosi ke masyarakat. Hal ini dilakukan untuk memberikan kesadaran dan edukasi masyarakat agar memeriksakan kesehatan jika ada gejala-gejala demam. “Di hari pertama pasca libur panjang itu pasien yang merasakan demam satu atau dua hari langsung memeriksakan kesehatannya,” ucapnya. (azm)