Lombok Tengah (Inside Lombok) – Gonjang ganjing persoalan grup kecimol hingga banyak pihak yang ingin membubarkan keberadaannya. Pasalnya banyak dari grup Kecimol yang mempertontonkan tarian yang dinilai kurang pantas terlebih menjadi tontonan semua kalangan termasuk anak-anak.
Selain itu, aksi joget dengan gaya erotis yang ditampilkan oknum penari kecimol dinilai mengganggu kenyamanan warga, bahkan saat iring-iringan nyongkolan yang bikin macet. Terkait fenomena tersebut, Pegiat Seni Musik Loteng, Lalu Gitan mengatakan atraksi musik kecimol yang mempertontonkan tarian erotis harus dievaluasi. Apalagi melihat banyak beredar video kurang senonoh dan beberapa media sosial yang menampilkan joget erotis.
“Apa tega kita membiarkan orang-orang ini bekerja dalam sektor yang tanda kutip secara pandangan agama kurang baik,” ujarnya, Senin (3/6/2023). Menurutnya, apabila menjadi personil dan grup Kecimol adalah persoalan ekonomi maka seharusnya pemerintah yang mengambil peran penting untuk menyediakan lapangan kerja dan lain sebagainya. “Jadi ini ya tugas pemerintah untuk melakukan itu. Entah diajarkan untuk kembali ke seni tradisi atau diberikan kompensasi,” imbuhnya.
Lalu Gitan yang juga Ketua Bidang Litbang Dewan Kesenian Daerah Loteng menerangkan, bahwa dari aspek pertunjukan bahwa grup Kecimol terdapat kekeliruan tempat penggunaan karena fungsi kecimol ini dipakai untuk nyongkolan.
“Kecimol semestinya bukan untuk Nyongkolan karena tidak masuk dalam kategori musik tradisi. Musik tradisi itukan asal katanya tradisionalisme yang berarti bahwa suatu warisan dari masa lampau dan masih berlangsung terus sampai masa kini,” imbuhnya.
Menurutnya, musik tradisional itu dapat terjadi secara statis, dimana warisan dipandang sebagai pusaka yang harus dijaga secara utuh. “Musik kecimol dianggap kerap menyuguhkan penari erotis berlebihan, sehingga seringkali mengganggu kenyamanan warganya,” tandasnya. (fhr)